Monday 14 July 2014

Fatimah Az Zahra, Puteri Rasul Allah...^^..

Fatimah Az Zahra, Puteri Rasul Allah...^^..

Nama              : Fathimah
Gelar              : Az-Zahra
Julukan           : Ummu al-Aimah, Sayyidatu Nisa’, al-‘Alamin, Ummu
                        Abiha
Ayah               : Muhammad Rasulullah saww
Ibu                 : Khadijah al-Kubra
Tempat/ Lahir : Makkah, Hari Jum’at, 20 Jumadi al-Tsani (Jamadil
                         Akhir)
Hari/ Wafat    : Selasa, 3 Jumadi al-Tsani Tahun 11 H (Umur : 18
                        Tahun)
Jumlah Anak    : 4 orang; 2 laki-laki dan 2 perempuan
Laki-laki           : Hasan dan Husein
Perempuan       : Zainab dan Ummu Kaltsum

*** Riwayat Hidup

Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Fathimah Az-Zahra a.s,
merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu
diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci
sebagaimana yang diucapkan oleh Khadijah:

" Pada waktu kelahiran Fatimah a.s, aku meminta bantuan wanita-
wanita Quraish tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak
mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati
mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan
terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang
tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati
aku.

Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dari
mereka menyapaku: " Wahai Khadijah ! Aku adalah Sarah, ibunda
Ishhaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa,
Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa.
Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu
keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal
tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan
pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah a.s lahir."

Meningkat usia 5 tahun, beliau telah ditinggal pergi ibunya. Tidak
secara langsung beliau menggantikan tempat ibunya dalam melayani,
membantu dan membela Rasulullah s.a.w, sehingga beliau mendapat
gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang masih
kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam
ujian dan cobaan. Beliau melihat dan meyaksikan perlakuan keji
kaum kafir Quraish kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi
beliau basah oleh linangan air mata kerana melihat penderitaan
yang dialami ayahnya.

Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah beliau ikut berhijrah
bersama ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah tepat pada
tanggal 1 Dzulhijjah, hari Jum’aat, tahun 2 Hijrah, beliau menikah
dengan Ali bin Abi Thalib.

Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah SWT, beliau
dikurniai dua orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri,
Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang
yang sholeh, baik dan pemurah hati.

Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada
ayahnya, tapi sekaligus sebagai seorang isteri yang setia
mendampingi suaminya di segala keadaan serta sebagai pendidik
terbaik dan berhasil mendidik anak-anaknya.

Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup bersama Rasulullah
s.a.w. Beliau mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga
digambarkan di kitab Thabari Hal 40, Siti Aisyah berkata: “ Aku
tidak melihat orang yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah
s.a.w seperti Fathimah as. Apabila datang kepada ayahnya, beliau
berdiri, menciumnya, menyambut gembira dan mengiringnya lalu
didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah datang
kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium
tangan beliau s.a.w".

Tidak hairan, jika setelah kepergian baginda Rasulullah, beliau
sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit
sepanjang waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan
tangisannya itu bukanlah semata-mata kehilangan Rasulullah s.a.w
tapi juga beliau melihat kelakuan umat sesudahnya yang sudah
banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu
akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.

Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra a.s setelah
kepergian Rasulullah s.a.w tidak pernah terlihat senyum apalagi
tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan
khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan tentang tanah
Fadak dan tentang masalah lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah a.s
tanah itu adalah hadiah dari ayahnya untuk dirinya, namun khalifah
berkata: " Bahwa Nabi tidak meninggalkan sesuatu dari keluarganya,
sedangkan warisan nabi berubah statusnya menjadi sedekah yang
digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin".

M.H. Shakir berpendapat: " Wafat Rasulullah s.a.w sangat
mempengaruhinya, ia sangat sedih, berduka dan tangis hatinya
memekik sepanjang masa. Sayang sekali, setelah wafat nabi,
pemerintah mengambil alih tanah fadak dan menyerahkannya
sebagai milik negara".

Kehidupan Fathimah az-Zahra a.s, wanita agung sepanjang masa
adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan,
pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang
diwarnai kemewahan yang ramah dan lembut.

Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian
ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijriyah wanita suci,
wanita agung dan mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia
yang relatif muda yaitu 18 tahun.

Fathimah Az-Zahra ," Putri bongsu Rasulullah sa.w, telah tiada.
Tidak ada ungkapan yang mampu menggambarkan keagungan
Fathimah Az-Zahra yang sebenarnya. DR. Ali Syariati memberikan
komentar tentang Fathimah: " Saya akan bangga dan hendak
mengatakan , " Fathimah a.s adalah putri Khadijah yang besar".
Saya rasa bukan Fathimah a.s. Saya hendak mengatakan,
" Fathimah a.s adalah putri Rasulullah s.a.w." Saya rasa itu bukan
juga Fathimah. Saya hendak mengatakan, " Fathimah a.s adalah
istri Ali." Saya rasa itu juga bukan Fathimah A.s. Saya hendak
mengatakan Fathimah a.s adalah ibunda Zainab. Saya masih merasa
itu bukan Fathimah a.s. Tidak, semua itu benar tetapi tak satupun
yang menggambarkan Fathimah a.s yang sesungguhnya.
" Fathimah a.s adalah Fathimah a.s."

tuliskanakuhadith.blogspot.com
Norshahuddin Edited July 2014...^^..

No comments:

Post a Comment