Fitnah Terhadap Aisyah a.s. (Isteri Nabi)...^^..
Dalam Shahih Muslim, Telah menceritakan dari Aisyah r.a (istri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam), tatkala orang yang
menyebarkan isu bohong berkata semaunya tertanya dengan apa
yang mereka katakan, Lalu Allah menjelaskan kesucian dirinya
dari tuduhan tersebut. Ada sekelompok orang yang menceritakan
kepadaku mengenai kejadian tersebut, sebahagian mereka menerima
cerita kajadian tersebut dari sebahagian yang lain, sehingga kisah
tersebut seolah-olah menjadi kuat, hingga saya hafal perkataan
dari setiap yang mereka ceritakan kepadaku dan sebahagian cerita
membenarkan yang lain.
Dari Aisyah istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; " Apabila
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam hendak berpergian, beliau
mengundi di antara isteri-isterinya. Barang siapa yang keluar
undiannya, dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah shallaallahu
'alaihi wa sallam." Aisyah berkata; " Kemudian beliau mengundi
di antara kami pada suatu peperangan dan keluarlah undian anak
panahku, sehingga aku pergi bersama Rasulullah shallaallahu 'alaihi
wa sallam. Kejadian tersebut setelah diturunkannya ayat tentang
hijab. Lalu saya dibawa di sekedupku.
Di tengah perjalanan, saya turun hingga Rasulullah shallaallahu 'alaihi
wa sallam selesai dari sebuah peperangan dan beliau pun kembali ke
Madinah. Pada suatu malam saya berada bersama kelompok kaum
muslimin. Tatkala mereka tertidur, saya bangun dan berjalan hingga
aku mendahului mereka. Setelah saya selesai menunaikan urusanku
(membersihkan diri dari hadas besar), saya kembali bergabung
dengan kelompok kaum muslimin.
Tatkala saya meraba dadaku, ternyata kalungku yang berasal dari
Zhafar, Yaman, putus. Maka saya kembali dan mencari kalungku,
pencarian itu membuatku terlambat. Dan, sekelompok orang yang
membawa sekedupku telah berangkat, mereka berjalan dengan
meletakkan sekedupku di atas untaku yang biasa saya kendarai.
Mereka mengira bila aku sudah berada di dalamnya." Aisyah berkata;
" Tatkala itu, isteri-isteri beliau kurus-kurus dan ringan, karena tidak
pernah makan daging. Tetapi, mereka hanya memakan makanan
ringan. Sehingga, tidak ada orang yang curiga terhadap beratnya
sekedup tersebut, ketika mereka berjalan dan mengangkatnya.
Terlebih, dikala itu aku masih kecil. Akhirnya merekapun membawa
unta-untanya dan berjalan (meneruskan perjalanan). Saya
mendapatkan kalungku tatkala bala tentara telah berlalu. Sehingga,
ketika saya mendatangi tempat duduk mereka, tidak ada seorang pun
yang memanggil dan tidak ada pula orang yang menjawab.
Lalu saya kembali ke tempat dudukku di tempat saya duduk. Saya
berharap ada suatu kaum (dari tentara kaum muslimin) yang
menemukanku dan kembali menjemputku. Tatkala saya duduk
di tempat dudukku, saya merasa ngantuk dan tertidur. Sedangkan
Shafwan bin Mu'atthal Assulami dan orang-orang Dzakwan tinggal
di belakang pasukan (memeriksa bila ada yang ketinggalan). Mereka
berjalan diawal malam dan di pagi harinya mereka sampai di tempat
dudukku.
Shafwan bin al Mu'atthal Assulami melihat ada seseorang yang masih
tertidur, maka dia mendatangiku dan dia telah mengenaliku tatkala
dia melihatku. Yang demikian karena dia telah melihatku sebelum
diwajibkan memakai hijab atasku. Seketika saya terbangun dan saya
mendengar dia beristirja' (mengucapkan, " inna lillahi wa inna ilaihi
raaji'un") tatkala dia mengetahuiku. Saya langsung menutupi wajahku
dengan jilbabku.
Demi Allah, dia tidak berbicara sepatah katapun dan saya sama sekali
tidak mendengar satu patah kata pun kecuali kata istirja'nya.
Akhirnya dia pun merundukkan untanya dan saya pun menaikinya.
Lalu dia pergi dan menuntun unta (yang saya naiki) hingga kami
berhasil menyusul pasukan kaum muslimin setelah mereka
berisitirahat di pantai Azhzhariah.
Celakalah orang yang telah berburuk sangka pada urusanku. Ketika
itu, orang yang paling terlihat kesombongannya adalah Abdullah bin
Ubay bin Salul. Akhirnya, saya pun sampai di Madinah. Setelah
kedatangan kami, saya mendadak sakit hampir selama satu bulan,
sementara orang-orang terus larut membicarakan tuduhan (yang
ditujukan kepadaku), padahal aku tidak sedikit pun merasa melakukan
hal itu. Sehingga, beliau pun meragukan sakitku.
Saya tidak lagi tahu kelembutan Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa
sallam yang pernah aku lihat darinya sebelumnya. Tatkala aku sakit,
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam masuk dan memberi salam
seraya bertanya; " Bagaimana denganmu ?" Seolah-olah tatkala itu
beliau meragukanku, sementara saya tidak merasa telah melakukan
kejelekan tersebut. Setelah saya merasa mulai sembuh, saya keluar
bersama Ummu Misthah ke tempat tertutup untuk buang air, kami
tidak pernah keluar kecuali di malam hari hingga malam lagi.
Tempat tertutup tersebut dibuat di dekat rumah-rumah kami.
Urusan kami seperti para pendahulu orang-orang Arab, kami biasa
membuat tempat tertutup untuk buang air di rumah. Kemudian saya
dan Ummu Misthah, (dia adalah anak perempuannya Abu Ruhmi bin
al Muthallib bin Abdi Manaf dan ibunya adalah anak perempuannya
Shakhr bin Amir, bibinya Abu Bakr ash Shidiq dan anaknya adalah
Misthah bin Utsabah bin Abbad bin al Muthallib) kembali ke rumahku
setelah urusan kami selesai.
Tatkala itu, Ummu Misthah terpeleset karena menginjak atau
terjerat kainnya. Ketika itu dia berkata; " Celaka Misthah." Saya
bertanya kepadanya; " Alangkah jeleknya apa yang telah kamu
katakan, engkau mencela orang yang telah ikut perang Badar ?."
Dia berkata; " Ya, apakah kamu tidak mendengar apa yang dia
katakan ?" saya berkata; " Apa yang telah dia katakan ?" maka dia
mengabarkan kepadaku dengan perkataan orang-orang yang
menuduhku.
Tatkala itu saya bertambah sakit dan ketika saya kembali ke rumahku,
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam menemuiku dan mengucapkan
salam. Kemudian beliau bersabda: " Bagaimana keadaanmu ?" Saya
berkata; " Apakah engkau mengizinkanku untuk mendatangi kedua
orang tuaku ?" dia berkata; " Ketika itu saya ingin meyakinkan kabar
tersebut dari mereka berdua.
Akhirnya, Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam pun mengizinkanku.
Lalu saya mendatangi kedua orang tuaku, saya bertanya kepada
ibuku; " Wahai ibuku, apa yang sedang dibicarakan oleh orang-
orang ?" Dia menjawab; " Wahai anakku, semoga urusanmu
dimudahkan, demi Allah, tidaklah seorang wanita yang jelas-jelas
dicintai suaminya sedang dia mempunyai madu (isteri suami lainnya),
kecuali mereka (isteri-isteri suami lainnya) akan memperbanyak
tuduhan atas diri wanita tersebut."
Dia berkata; " Maha Suci Allah, apakah ini yang dibicarakan oleh
orang-orang ?" Dia berkata; " Pada malam itu juga aku menangis,
hingga di pagi harinya air mataku tidak lagi bisa mengalir karena
habis dan saya tidak bercelak ketika tidur. Ketika di pagi harinya,
saya menangis. Dan, ketika itu Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam
memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid untuk mengajak
keduanya bermusyawarah dalam rangka memisahkan isterinya
selama wahyu belum turun."
Aisyah berkata; " Adapun Usamah bin Zaid, dia menunjuki kepada
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam dengan apa yang dia ketahui
akan jauhnya istri beliau dari perbuatan tersebut dan dengan apa
yang dia ketahui tentang kecintaannya kepada beliau. Usamah
berkata; " Wahai Rasulullah ! Mereka adalah isteri-isterimu, kami
tidak mengetahui kecuali kebaikan." Adapun Ali bin Abi Thalib, dia
berkata; " Allah 'azza wajalla tidak akan memberi kesempitan
kepadamu, kan wanita selainnya masih banyak juga. Dan sungguh,
jika engkau bertanya kepada budakmu, pasti dia akan jujur'."
Aisyah berkata; " Kemudian Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam
memanggil Barirah, beliau bertanya: " Wahai Barirah ! Apakah engkau
melihat ada sesuatu yang meragukan bagimu dari diri Aisyah ?"
Barirah menjawab; " Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran,
saya tidak melihat pada dirinya suatu yang kurang selain tak lebih
saat dia masih kecil umurnya, dia ketiduran dari menunggu adonan
tepung di keluarganya lantas ada binatang jinak yang memakan
tepung itu."
Kemudian Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam berdiri dan meminta
argumentasi dari seorang lelaki yang bernama Abdullah bin Ubai bin
Salul. Tatkala Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam berada di atas
mimbar, Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" Wahai seluruh kaum muslimin, siapakah yang mau memberiku
argumentasi dari seorang lelaki yang telah menyakiti keluargaku.
Sungguh demi Allah, saya tidak mengetahui sesuatupun dari
keluargaku kecuali kebaikan. Mereka telah menceritakan mengenai
seorang lelaki yang saya tidak mengetahui dari dirinya kecuali
kebaikan. Dan tidaklah ada orang yang menemui isteriku kecuali dia
bersamaku."
Sa'ad bin Mu'adz al Anshari berkata; " Wahai Rasulullah ! aku akan
menolongmu darinya. Bila ada orang dari bani Aus di penggal lehernya,
sekalipun dari saudara kami dari bani Khazraj, bila engkau
memerintahkan kami maka kami akan melaksanakan perintahmu."
Seketika itu juga Sa'ad bin Ubadah (dia adalah pemimpin dari bani
Khazraj, dia adalah seorang lelaki yang shalih. Hanya saja, dia
masih memiliki sikap fanatis) berkata kepada Sa'ad bin Mu'ad;
" Demi Allah, engkau tidak akan bisa membunuhnya dan tidak akan
mampu untuk membunuhnya." Maka berdirilah Usaid bin Hudlair dan
dia adalah keponakan Sa'ad bin Mu'adz, dia berkata kepada Sa'ad
bin Ubadah; " Engkau bohong, sungguh kami akan membunuhnya
karena kamu seorang yang munafik yang memperdebatkan orang-
orang munafik." Keadaan pun semakin memanas antara bani Aus dan
Khazraj, hingga mereka ingin saling bunuh membunuh sedangkan
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam masih tetap berdiri di atas
mimbar.
Kemudian Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam menenangkan
mereka, hingga mereka terdiam dan beliaupun terdiam. Pada hari itu,
aku pun menangis hingga air mataku habis dan aku tidak memakai
celak tatkala tidur. Malam berikutnya, aku masih menangis hingga air
mataku habis dan aku tidak memakai celak ketika tidur. Kedua orang
tuaku mengira tangisanku akan dapat membelah hatiku.
Aisyah berakta; " Lalu keduanya duduk di sisiku sementara saya
masih terus menangis. Ketika itu, ada seorang wanita Anshar yang
meminta izin kepadaku untuk menemuiku, akupun mengizinkannya.
Dia pun duduk dan ikut menangis bersamaku. Tatkala kami dalam
kondisi seperti itu, Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam masuk
menemui kami, beliau mengucapkan salam lantas beliau duduk."
Dia berkata; " Beliau tidak pernah duduk di sisiku selama satu bulan,
sejak wahyu tidak diturunkan kepadanya mengenai urusanku." Dia
berkata; " Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam pun bersaksi,
seraya mengucapkan salam sambil duduk. beliau bersabda:
" Amma ba'd, Wahai Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku
berita begini dan begini, sungguh jika engkau terlepas dari hal itu
karena tidak melakukannya, semoga Allah Azzawajalla
menjauhkanmu.
Jika kamu melakukan dosa tersebut, minta ampunlah kepada Allah
dan bertaubatlah kepadaNya. Karena, seorang hamba yang mengakui
dosanya kemudian bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya."
Aisyah berkata; " Ketika Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam
selesai berkata, air mataku semakin deras mengalir hingga tidak
terasa lagi tetesan air mata tersebut." Saya berkata kepada ayahku;
" Jawablah apa yang telah dikatakan Rasulullah shallaallahu 'alaihi
wa sallam mengenai diriku."
Ayahku berkata; " Saya tidak tahu, demi Allah, saya tidak akan
berbicara kepada Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam." Lalu saya
berkata kepada ibuku; " Jawablah apa yang telah dikatakan
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam mengenai diriku !" ibuku
berkata; " Demi Allah, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan
kepada Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam." Aisyah berkata;
saya berkata;
" Saya adalah seorang gadis yang masih kecil usianya, saya tidak
banyak membaca Al-Qur'an. Demi Allah, sungguh aku mengetahui
engkau telah mendengar hal ini hingga kamu merasa mantap dan
percaya terhadap hal itu. Dan bila aku bicara kepada kalian;
" Sesungguhnya aku jauh dari perbuatan tersebut dan Allah
Azzawajalla Maha Mengetahui bila aku jauh dari perbuatan
tersebut. Maka, kalian juga tidak akan percaya terhadap hal itu.
Jika saya mengaku kepada kalian dengan suatu perkara, sedang
Allah Azzawajalla Maha Mengetahui bahwa aku jauh dari perbuatan
tersebut, kalian pasti akan mempercayaiku.
Demi Allah, sungguh tidak ada perkataan antara diriku dengan kalian
kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Yusuf; Sabar itu
adalah baik dan Allah adalah tempat meminta pertolongan terhadap
apa yang kalian tuduhkan'. (QS. Yusuf 18) " Aisyah berkata;
" Kemudian saya merubah posisiku, aku berbaring di atas ranjangku."
Dia berkata; " Demi Allah, ketika itu saya mengetahui bahwa aku
jauh dari perbuatan tersebut, dan Allah Azzawajalla akan
menjauhkanku karena aku jauh dari perbuatan tersebut. Akan tetapi,
demi Allah, saya tidak mengira akan turun wahyu pada perkaraku.
Dan sungguh perkaraku jauh lebih remeh daripada Allah Azza wa
jalla berfirman padaku dengan wahyu yang dibacakan.
Harapan saya saat itu hanyalah berharap supaya pada mimpinya
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam diperlihatkan bahwa Allah
Azzawajalla menjauhkan diriku dari perbuatan tersebut." Aisyah
berkata; " Demi Allah, tidaklah Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa
sallam keluar dari majelisnya, dan tidak ada seorang pun yang keluar
dari penghuni rumah tersebut hingga Allah Azzawajalla menurunkan
wahyu kepada NabiNya.
Sehingga, kondisi beliau berubah sebagaimana perubahan yang biasa
terjadi tatkala wahyu turun, keringat beliau terus mengucur padahal
hari itu adalah musim dingin. Hal itu karena begitu beratnya firman
yang telah diturunkan kepadanya." Aisyah berkata; " Ketika
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam mendapat kabar gembira
tersebut, beliau tertawa dan kalimat yang pertama kali beliau
katakan ketika itu adalah:
" Kabar gembira wahai Aisyah ! Allah Azza wa jalla telah
menjauhkanmu dari perbuatan tersebut." Kemudian ibuku berkata
kepadaku; " Berdirilah kepadanya." Aku berkata; " Demi Allah, aku
tidak akan berdiri kepadanya dan aku tidak akan memuji kecuali
kepada AllahAzza wa jalla, Dia lah yang telah menurunkan wahyu
yang menjelaskan akan jauhnya diriku. Allah Azzawajalla telah
menurunkan ayat yang artinya:
" Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah
dari golongan kamu juga hingga sepuluh ayat." (QS. Annuur 1-11).
Allah Azzawajalla telah menurunkan beberapa ayat yang
menjelaskan akan jauhnya diriku dari perbuatan tersebut." Aisyah
berkata; " Abu Bakr terbiasa berinfak kepada Misthah, karena dia
adalah kerabatnya dan dia adalah seorang yang fakir.
Dia berkata; " Demi Allah, aku tidak akan pernah memberi bantuan
untuknya selamanya setelah dia menuduh Aisyah.' Lalu Allah
Azzawajalla menurunkan wahyu, yang artinya; Dan janganlah orang-
orang yang mempunyai (sampai kepada firmanNya) apakah kamu
tidak ingin bahwa Allah mengampunimu" (QS. Annur 22).
Hibban bin Musa berkata, Abdullah bin Mubarok berkata: “ Ayat ini
merupakan ayat yang paling diharapkan di dalam kitabullah. Maka
Abu Bakar berkata; " Demi Allah, saya lebih senang bila Allah
mengampuniku". Kemudian dia kembali memberi bantuan kepada
Misthah seperti biasa dia memberi bantuan kepadanya. Abu Bakar
berkata; " Sungguh, aku tidak akan menghentikan bantuan selama-
lamanya"."
Aisyah berkata; " Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam bertanya
kepada Zainab binti Jahsy, istri Nabi shallaallahu 'alaihi wa sallam,
mengenai perkara yang terjadi padaku: " Apa yang kamu ketahui,
apa yang kamu lihat, atau berita apa yang telah sampai kepadamu ?"
dia menjawab; " Wahai Rasulullah ! Saya selalu menjaga pendengaran
dan penglihatanku, dan saya tidak mengetahui kecuali kebaikan."
Aisyah berkata; " Padahal Zaenab adalah isteri beliau yang dikenal
selalu membanggakan diri di hadapanku, namun Allah menjaganya
dengan sikap wara', sekalipun saudara perempuannya, Hamnah binti
Jahsyin, membencinya sehingga dia termasuk di antara orang
menyebarkan berita bohong yang celaka."
Urwah berkata, 'Aisyah tidak suka apabila Hasan (anak Ali,cucu nabi)
dicela didekatnya, dan 'Aisyah berkata: “ Sesungguhnya bapakku dan
bapaknya dan kehormatanku bagi kehormatan Muhammad bagi kalian
merupakan tameng."
Ketika perkaraku diperbincangkan aku tidak mengetahuinya,
rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam berdiri untuk menyampaikan
khutbah, beliau bertaysahud, memuji Allah dan menyanjungnya
dengan perkataan yang layak bagiNya, kemudian beliau berkata:
“ Amma ba'du, tunjukkan kepadaku orang-orang yang telah menuduh
keluargaku, demi Allah aku tidak mengetahui keluargaku memiliki
keburukan sama sekali, dan mereka telah menuduhnya dengan orang
yang demi Allah aku tidak mengetahuinya memiliki suatu keburukan
sedikitpun, dan dia tidak pernah masuk ke rumahku kecuali ketika
aku ada, dan tidaklah aku pergi mengadakan perjalanan kecuali dia
juga pergi bersamaku.”
Kemudian perawi memaparkan hadits dengan kisah seperti di atas,
dan di sana terdapat redaksi: “ Dan sungguh rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam masuk ke rumahku dan bertanya kepada budak
wanitaku, maka budak wanitakupun menjawab, " Demi Allah, aku
tidak mengenal 'Aisyah kecuali kebaikan, hanya saja dia pernah
tertidur sehingga ada seekor kambing masuk ke dalam rumah dan
memakan adonannya, atau dengan redaksi adonan rotinya. "
tuliskanakuhadith.blogspot.com
Norshahuddin Edited July 2014...^^..
No comments:
Post a Comment