Fariduddin Attar, Penyair Aliran Sufi Dari Persia...^^..
Bait demi bait puisi sufistik yang dirangkainya begitu melegenda. Sosok
dan karya sastra yang ditorehkannya telah menjadi inspirasi bagi para
pujangga di tanah Persia, salah satunya penyair termashur sekelas
Jalaluddin Rumi. Penyair sufi legendaris yang masih berpengaruh
hingga abad ke-21 itu dikenal dengan nama pena Fariduddin Attar,
si penyebar wangi yang dalam bahasa Persia disebut Attar.
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Abu Bakr Ibrahim. Jejak
hidupnya tak terlalu banyak terungkap. Syahdan, Attar terlahir
di Nishapur, sebelah barat laut Persia. Ia dijuluki dengan nama Attar
lantaran profesinya sebagai seorang ahli farmasi. Attar adalah
seorang anak ahli farmasi di kota Nishapur yang terbilang cukup kaya.
Attar ketika muda menimba ilmu kedokteran, bahasa Arab dan teosofi
di sebuah madrasah (perguruan tinggi) yang terletak di sekitar tempat
suci Imam Reza di Mashhad. Menurut catatan yang tertera pada buku
yang ditulisnya Mosibat Nameh (Buku Penderitaan), pada saat remaja
dia bekerja di toko obat atau apotek milik sang ayah. Attar bertugas
untuk meracik obat dan mengurus pasien (pesakit).
Ia lalu mewarisi toko obat itu, setelah sang ayah wafat. Setiap hari
Attar harus berhadapan dan melayani pasien yang berasal dari kaum
tak berpunya. Suatu hari seorang fakir berpakaian jubah singgah
ke apoteknya. Konon, si fakir itu lalu menangis begitu menghirup
aroma wewangian yang menebar di apotek milik Attar.
Menduga si fakir akan meminta-minta, Attar pun mencoba mengusirnya.
Namun, si fakir berkukuh tak mau pergi dari tempat usaha Attar. Lalu
si fakir berkata pada Attar, ''Tak sulit bagiku untuk meninggalkan
apotekmu ini dan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang
bobrok ini. Yang melekat di badanku hanyalah jubah yang lusuh ini.
Aku justru merasa kasihan kepadamu, bagaimana kamu meninggalkan
dunia ini dengan harta yang kamu miliki.''
Sesaat setelah melontarkan kata-kata yang menghujam di hati Attar,
si fakir itu lalu meninggal dunia di depan kios obat. Pertemuannya
dengan si fakir kemudian mengubah garis kehidupannya. Ia
memutuskan menutup kios obatnya dan memilih berkelana mencari
guru-guru sufi. Yang dicarinya hanya satu, yakni hakikat kehidupan.
Laiknya si fakir yang singgah di toko obatnya, Attar berkelana dari
satu negeri ke negeri lainnya untuk bertemu dengan syekh, pemimpin
tarekat sufi. Beberapa negeri yang disinggahinya antara lain, Ray,
Kufah, Makkah, Damaskus, Turkistan, hingga India. Di setiap syekh
yang ditemuinya, Attar mempelajari tarekat dan menjalani kehidupan
di khaniqah (tempat-tempat berkumpul untuk latihan dan praktik
spiritual).
Setelah menemukan hakikat hidup yang dicarinya melalui sebuah
perjalanan panjang, Attar memutuskan kembali ke kota kelahirannya
Nishapur dan membuka kembali toko obat yang sempat ditutupnya.
Pengalaman pencarian makna dan hakikat hidup yang dilakoninya itu
dituangkan dalam Mantiq al-Tayr (Musyawarah Burung). Sebuah
karya yang fenomenal.
Di kota kelahirannya, Attar berupaya untuk menyebarkan ajaran sufi.
Ia juga pun memberi sumbangan yang amat besar pada dunia sufi
dengan menuliskan kumpulan kisah para sufi sebelumnya dalam kitab
Tadzkiratul Awliya. Karya yang ditulisnya itu sedikit banyak telah
mempengaruhi pemikiran Attar. Dia pun getol menulis puisi-puisi sufi.
Begitu banyak puisi yang berhasil dituliskan sang penyair sufi
legendaris itu. Namun, ada beragam versi mengenai jumlah pasti
puisi yang dibuat sang penyair.
Reza Gholikan Hedayat, misalnya, menyebutkan jumlah buku puisi
yang dihasilkan Attar mencapai 190 dan berisi 100 ribu sajak dua
baris (distich). Sedangkan Firdowsi Shahname menyebutkan jumlah
puisi yang ditulis Attar mencapai 60 ribu bait.
Ada pula sumber yang menyebutkan jumlah buku puisi yang ditulis
Attar mencapai 114 atau sama dengan jumlah surat dalam Alquran.
Namun, studi yang lebih realistis memperkirakan puisi yang ditulis
Attar mencapai sembilan sampai 12 volume. Secara umum, karya-
karya Attar dapat dibagi ke dalam tiga kategori.
Pertama, puisi yang ditulisnya lebih bernuansa tasawuf atau sufistik
yang menggambarkan keseimbangan yang sempurna. Kategori pertama
ini dikemas dengan seni cerita bertutur. Kedua, puisi-puisi yang
ditulisnya bertujuan untuk menyangkal kegiatan panteisme. Ketiga,
puisi-puisi yang berisi sanjungan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Salah satu karya yang utama dari Attar berjudul Asrar Nameh
(Kitab Rahasia). Karya lainnya yang terkenal dari Attar adalah Elahi
Nameh tentang zuhud dan pertapaan. Kitab Asrar Nameh itu konon
dihadiahkan kepada Maulana Jalaludin Rumi ketika keluarganya
tinggal di Nishapur dalam sebuah perjalanan menuju Konya.
Syahdan, dalam pertemuan dengan Rumi yang saat itu masih kecil,
Attar meramalkan bahwa Rumi akan menjadi seorang tokoh besar
dan terkenal. Ramalan itu ternyata benar-benar terbukti. Attar
meninggal dunia di usianya yang ke-70 tahun. Dia ditawan dan
kemudian dieksekusi oleh pasukan Tentara Monggol yang melakukan
invasi ke wilayah Nishapur pada 1221 M. Kisah kematian seorang
Attar bercampur antara legenda dan spekulasi.
Menurut sebuah cerita, Attar dipenjara oleh tentara Monggol. Lalu
seseorang datang dan mencoba menebusnya dengan ribuan batang
perak. Namun, Attar menyarankan agar Mongol tak melepaskannya.
Tentara Mongol mengira penolakan itu dilakukan agar tebusan yang
diberikan lebih besar. Setelah itu datang lagi orang lain yang
membawa sekarung jerami untuk menebus Attar. Kali ini Attar
meminta agar Monggol melepaskannya. Tentara Monggol pun marah
besar dan lalu memotong kepala Attar.
Attar dimakamkan di Shadyakh. Makamnya yang megah dibangun
Ali-Shir Nava'i pada abad ke-16. Sosok Attar hingga kini masih tenar
dan populer di Iran. Tak heran, bila makamnya banyak dikunjungi
para peziarah.
*** Mantiq Al-Tayr Tujuh Tahapan Menuju Hakikat. ***
Mantiq Al-Tayr (Musyawarah Burung) merupakan karya yang paling
fenomenal dari Fariduddin Attar. Kitab itu berisi pengalaman spiritual
yang pernah dilaluinya untuk mencari makam dan hakikat hidup.
Attar menuangkan pengalamannya itu melalui sebuah cerita perjalanan
sekawanan burung agar lebih mudah dimengerti.
Dengan gaya bertutur, kitab itu mengisahkan perjalanan sekawanan
burung untuk mencari raja burung yang disebut sebagai Simurgh
di puncak Gunung Kaf yang agung. Sebelum menempuh perjalanan
berkumpulah segala burung di dunia untuk bermusyawarah. Tujuan
mereka hanya satu yakni mencari raja. Dalam perjalanan itu, para
burung yang dipimpin oleh Hud-hud harus melalui tujuh lembah.
Ribuan burung sedunia pun berangkat. Namun yang berhasil bertemu
denga sang raja hanyalah 30 ekor saja. Tujuh lembah yang dikisahkan
dalam cerita itu melambangkan tingkatan-tingkatan keruhanian yang
telah dilalui Attar selama berkelana mencari hakikat hidup.
Ketujuh lembah yang harus ditempuh untuk dapat bertemu dengan
Sang Khalik itu adalah lembah pencarian, lembah cinta, lembah
keinsyafan, lembah kebebasan dan kelepasan, lembah keesaan murni,
lembah keheranan, lembah ketiadaan dan keterampasan.
*** Lembah Pencarian
Inilah lembah pertama yang harus dilalui seorang pencari dalam
menjalani kehidupan spiritualnya. Aneka ragam godaan duniawi akan
menghampiri dan itu harus bisa ditaklukkan. Para pencari diharuskan
berjuang dengan gigih untuk mendapatkan cahaya ilahi yang
didambanya dengan menghilangkan hasrat-hasrat duniawinya.
Hasrat duniawi ini juga jangan diartikan dengan meninggalkan dunia
sepenuhnya
*** Lembah Cinta
Setelah melalui lembah pertama, sang pencari harus menemukan cinta
sejati dalam dirinya untuk dapat menghalau tangan hitam akal yang
menutupi ketajaman mata batin. Hanya dengan mata batinlah para
pencari kebenaran ini dapat melihat realita apa adanya. Mata hati
tidak dapat dibohongi. Dalam kecintaannya, seorang pencari haruslah
memiliki kesudian untuk mengorbankan apa-apa darinya demi yang
diharapkannya yang dicintanya. Keikhlasan dalam berkurban
menunjukkan seberapa besar cintanya pada kekasihnya.
*** Lembah Kearifan
Dengan mata hati yang terbuka, seorang pencari dapat melihat jelas
realita ciptaanNya. Dengan begitu kearifan akan menyertai
kehidupannya. Jalan makrifat dapat dilalui dengan cara tata cara
ibadah yang khusyuk, dan latihan-latihan penempaan diri dalam.
Tentu setelah melalui jalan cinta.
*** Lembah Kebebasan
Lembah ini merupakan tahapan yang harus dilalui para pencari yang
sudah mampu menghilangkan nafsu untuk mendapatkan sesuatu
dengan mudah atau dengan ikhtiar biasa. Dalam tingkatan ini kesibukan
seorang pencari akan fokus pada hal-hal yang utama dan hakiki.
Dia melihat segala seakan biasa, tanpa ada yang menakjubkan.
*** Lembah Keesaan Murni
Lembah keesaan murni sebuah lambang wujud, di mana dalam jagat
raya ini hanya ada satu wujud yaitu wujud Tuhan.
*** Lembah Ketakjuban
Di lembah ini sang pencari akan mengalami ketakjuban luar biasa
karena semua menjadi serba terbalik. Siang jadi malam, malam jadi
siang, semuanya serba berubah.
*** Lembah ketiadaan
Inilah lembah terakhir dari sebuah pencarian. Ketika sampai pada
level ini, sang pencari akan menemukan dirinya secara utuh. Yang
ditemukannya hanyalah dirinya dan hakikat dirinya. Setelah tahap
inipun sang pencari akan menemukan simurgh yang tak lain adalah
hakikat dirinya sendiri.
tuliskanakuhadith.blogspot.com
Norshahuddin Edited July 2014...^^..
No comments:
Post a Comment