Thursday 2 October 2014

Peristiwa: Wahyu Pertama Hingga Isra’ Mikraj...^^..

Peristiwa: Wahyu Pertama Hingga Isra’ Mikraj...^^..

*** Wahyu Pertama Turun

Aisyah r.a. seperti yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari berkata,
awal permulaan wahyu kepada Rasulullah saw. adalah mimpi yang benar.
Beliau tidak melihat sesuatu mimpi, kecuali mimpi tersebut datang
seperti cahaya subuh. Kemudian beliau menyendiri di Gua Hira untuk
beribadah beberapa malam sebelum kembali ke keluarganya dan
mengambil bekal untuk kegiatannya itu sampai beliau dikejutkan oleh
kedatangan Malaikat Jibril pada saat berada di Gua Hira.

Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata, “ Bacalah !”
Rasulullah saw. menjawab, “ Saya tidak dapat membaca.” Beliau
mengatakan, lalu malaikat itu memegang dan mendekapku sampai aku
merasa lelah. Kemudian ia melepaskanku dan mengatakan, “ Bacalah !”
Aku menjawab, “ Aku tidak dapat membaca !’ Malaikat itu
mengulanginya untuk yang ketiga sambil mengatakan,
“ Iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq; [bacalah, dengan menyebut
nama Rabbmu yang menciptakan.” (Al‘Alaq: 1)

Kemudian Rasulullah saw. pulang. Kepada isterinya, Khadijah, beliau
berkata, “ Selimuti aku, selimuti aku.” Lalu beliau diselimuti
sampai rasa keterkejutannya hilang. Kemudian beliau menceritakan
apa yang terjadi kepada Khadijah. “ Aku Khawatir terhadap diriku.”
Khadijah menjawab, “ Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan
menghinakanmu selamanya. Sebab, engkau orang yang selalu mempererat
tali persaudaraan dan memikul beban orang lain. Engkau orang yang
menghormati tamu, membantu orang yang susah, dan membela orang-
orang yang berdiri di atas kebenaran.”

Kemudian Khadijah pergi bersama Nabi saw. menemui sepupunya, Waraqah
bin Naufal. Waraqah pernah menulis kitab Injil berbahasa Ibrani.
Khadijah berkata, “ Wahai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan
oleh anak saudaramu.” Waraqah bertanya dan ketika Rasulullah saw.
menceritakan peristiwa yang dialaminya, dia berkata, “ Itu adalah
Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah swt. kepada Nabi Musa a.s.
Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa. Alangkah
gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh
kaummu.”

Rasulullah saw. bertanya, “ Apakah mereka akan mengusirku ?” Waraqah
menjawab, “ Ya. Tidak seorang pun yang datang membawa seperti yang
kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup
dan mengalami hari yang kamu hadapi itu pasti aku akan membantumu
sekuat tenagaku.”

Setelah itu, selama tiga tahun lamanya Rasulullah saw. berdakwah
secara rahsia. Hingga kemudian turun surat Al Hijr ayat 94 yang
memerintahkan Rasulullah saw. agar berdakwah secara terang-terangan.
“ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musryik.”

*** Berdakwah Secara Terang-Terangan

Rasulullah saw. pun menjalankan perintah itu. Berdakwah secara
terang-terangan selama 10 tahun. Terutama di musim-musin haji.
Beliau mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah. Berdakwah
di Pasar ‘Ukkadz, Majannah, dan Dzul-Majaz. Beliau mengajak orang
banyak untuk memeluk Islam dan menawarkan syurga sebagai imbalan.
Beliau sampaikan seluruh risalah Allah swt. yang sampai kepadanya
ketika itu. Namun, tidak banyak yang mahu menyambut ajakannya.

Bahkan Rasulullah saw. menemui banyak rintangan. Berbagai macam
siksaan yang menyulitkan langkah dakwahnya datang dari masyarakat
Mekkah. Tidak sedikit orang menuduh beliau sebagai orang gila,
tukang sihir, atau dukun.

*** Hijrah ke Habasyah

Pada tahun ke 5 kenabian, Rasulullah saw. memerintahkan para
sahabatnya hijrah ke Habasyah (sekarang Ethiopia). Keputusan ini
diambil karena siksaan yang dilakukan masyarakat Quraisy terhadap
kaum muslimin ketika itu semakin gencar. Rasulullah saw. memilih
Habasyah karena, “ Di sana terdapat seorang pemimpin yang tidak
aniaya terhadap siapa pun yang ada di dekatnya.”

Rombongan sahabat Rasulullah saw. yang hijrah pertama kali ini
terdiri atas 12 orang pria dan 4 orang wanita. Rasulullah saw.
menunjuk Utsman bin Affan sebagai amir kafilah hijrah ini.

*** Hijrah Kedua ke Habasyah

Tak lama kemudian Hamzah bin Abdul Muthallib dan Umar bin Khaththab
masuk Islam. Khabar ini sampai ke telinga para sahabat yang hijrah
di Habasyah. Mereka tahu betul bahwa Hamzah dan Umar adalah sosok
yang punya karakter, berani, dan perkasa. Karena itu mereka yakin
bahwa dengan masuknya kedua orang itu kaum muslimin di Mekkah akan
menjadi kuat. Karena itu, para muhajirin itu memutuskan untuk
kembali pulang ke Mekkah.

Namun, tatkala sampai ke Mekkah mereka mendapati tidak seluruh kaum
muslimin terbebas dari siksaan kaum Quraisy. Terutama mereka-mereka
yang tidak mendapatkan jaminan keselamatan dari tokoh-tokoh Quraisy
terpandang. Ketika siksaan dari kaum Quraisy sampai pada titik
puncak yang tak bisa ditanggung lagi oleh kaum muslimin yang lemah,
Rasulullah saw. mengizinkan mereka kembali hijrah ke Habasyah.

Hijrah yang kedua kalinya ini dilakukan oleh 83 orang pria dan 19
orang wanita. Kaum musyrikin Quraisy mengutus Amr bin Al ‘Ash dan
‘Ammarah bin Al Walid menemui Najasyi, Raja Habasyah. Mereka membawa
berbagai hadiah. Mereka meminta Najasyi mengekstradisi kaum
muslimin lari dari Mekkah. Namun Najasyi menolak sebelum mendengar
langsung perkara yang sebenarnya dari pihak kaum muslimin.

Ja’far bin Abu Thalib r.a. tampil menjadi juru bicara kaum muslimin.
Ia menjelaskan keadaan mereka ketika di masa jahiliyah dan
bagaimana mereka berubah ketika menerima Islam yang dibawa Nabi
Muhammad saw. Hidayah itu telah mengubah diri mereka menjadi pribadi
yang berakhlak mulia. Ja’far juga memperdengarkan beberapa ayat
Al-Qur’an kepada Raja Najasyi, yaitu awal surat Maryam. Ayat itu
berisi pandangan Islam tentang Isa bin Maryam a.s. Isa adalah
seorang hamba Allah dan RasulNya. Mendengar keterangan itu, Najasyi
memutuskan mengembalikan semua hadiah kaum musyrikin Quraisy dan
memuliakan kaum muslimin sebagai tamu di negerinya.

Berbagai jenis siksaan yang menimpa Rasulullah saw. dan sahabatnya

Ada dua alasan mengapa kaum Quraisy tidak mau menerima dakwah
Rasulullah saw. padahal mereka tahu betul akan keperibadian
Rasulullah saw. yang tidak pernah berdusta. Bahkan mereka sendiri
menggelari Rasulullah saw. dengan sebutan Al Amin (orang yang
terpercaya).

Alasan pertama, ritual penyembahan mereka kepada berhala adalah
tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Karena itu,
Islam dipandang sebagai ajaran yang mengancam tradisi leluhur yang
harus mereka pertahankan. Alasan kedua, kaum Quraisy secara turun
temurun punya kedudukan tinggi di masyarakat Mekkah. Mereka mengurus
jamaah haji, memegang kunci Kaa’bah, dan menguasai sumur Zamzam.
Kedatangan Islam akan menggeser hak istimewa mereka itu. Karena itu,
mereka menolak dakwah Rasulullah saw.

Mereka berusaha menghentikan dakwah Rasulullah saw. Mereka
menawarkan tiga hal, harta, tahta, dan wanita kepada Rasulullah saw.
agar berhenti mendakwahkan Islam. Rasulullah saw. menolak. Bahkan
Rasulullah saw. menawarkan, “ Ucapkanlah laa ilaaha illallah,
niscaya kalian akan menguasai bangsa Arab.”

Cara “ halus” tak berhasil. Mereka menebar teror dengan siksaan
terhadap Nabi dan kaum muslimin. Jika terhadap muslim yang memiliki
kedudukan dan kehormatan dalam masyarakat, musyrikin Quraisy hanya
menebar ancaman. Abu Jahal mengintimidasi seorang muslim golongan
ini, “ Engkau tinggalkan agama nenek moyangmu, padahal mereka lebih
baik darimu. Kami akan rendahkan angan-anganmu. Kami akan lecehkan
kehormatanmu. Akan kami rusak usahamu dan kami hancurkan hartamu.”

Terhadap kaum muslimin dari golongan lemah, apakah lemah secara
ekonomi (fakir miskin atau lemah secara status sosial (budak)
musyrikin Quraisy tidak segan-segan menyiksa mereka. Bani Makhzum
menyiksa keluarga Yasir. Yasin dan istrinya, Sumayyah, syahid dalam
siksaan tersebut. Ammar bin Yasir memelas kepada Rasulullah saw.,
“ Wahai Rasul, siksaan kepada kami telah mencapai puncaknya.”
Rasulullah saw. menghibur Ammar, “ Bersabarlah, wahai Abul Yaqdzan.
Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Balasan untuk kalian adalah
syurga.”

Kaum musyrikin juga menyeret Bilal bin Rabah ke tengah padang pasir
di tengah hari. Mereka melempari tubuh telanjang Bilal dengan batu-
batu yang terpanggang panas matahari. Kemudian menindih dada Bilal
dengan batu besar. Mereka memerintahkan Bilal menyebut nama tuhan-
tuhan mereka. Tapi Bilal menolak. Dia mengucap, “ Ahad, Ahad….”

*** Bani Hasyim diBoikot, Abu Thalib dan Khadijah Wafat

Kaum musyrikin Quraisy mengirim utusan kepada Abu Thalib, paman
Nabi, membawa penawaran: jika keponakannya menginginkan kerajaan,
mereka siap mengangkatnya menjadi raja; jika menginginkan harta,
mereka siap mengumpulkan harta sehingga tidak ada yang terkaya
kecuali Nabi; jika Nabi terkena gangguan jin, mereka siap mencarikan
obat untuk menyembuhkanya; asal Nabi berhenti mendakwahkan Islam.

Rasulullah saw. menolak tawaran itu. Kepada Abu Thalib, beliau
berkata, “ Demi Allah, jika mereka meletakkan matahari di tangan
kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan meninggalkan
(dakwah) ini, sampai Allah memenangkannya atau aku hancur
karenanya.”

Mendengar jawaban itu, Abu Thalib berkata, “ Teruskanlah urusanmu.
Demi Allah, aku tidak akan menyerahkanmu selamanya.” Kemudian Abu
Thalib mengumpulkan keluarga dekatnya untuk membela Rasulullah saw.
Bani Hasyim dan Bani Muthallib datang, kecuali Abu Lahab.

Sementara Bani Hasyim dan Bani Muthallib, baik yang sudah beriman
maupun yang masih musyrik berkumpul untuk membela Rasulullah saw.,
kaum musyrikin juga berkumpul. Mereka sepakat untuk tidak melakukan
jual-beli dan tidak memasuki rumah-rumah Bani Hasyim dan Bani
Muthallib sebelum Rasulullah saw. diserahkan kepada mereka untuk
dibunuh. Kesepakatan ini ditulis di sebuah spanduk dan di simpan
di dalam Kaa’bah.

Atas boikot tersebut, Abu Thalib memerintahkan kerabatnya untuk
masuk ke dalam Syi’ib (lembah) dan berdiam di sama. Itulah awal
tiga tahun masa boikot yang penuh derita dan guncangan.

Ternyata masih ada nurani di beberapa orang tokoh Quraisy. Hisyam
bin Amr, Zuher bin Umayyah, Abul Kakhtari bin Hisyam, Zam’ah bin
Al Aswad, dan Muth’im bin ‘Adi bersepakat untuk membatalkan isi
penjanjian musyrikin Quraisy. Sebelumnya Rasulullah saw. telah
mengabarkan kepada pamannya, Abu Thalib, bahwa Allah telah mengutus
rayap menghancurkan spanduk kesepakatan tersebut dan hanya
menyiksakan kalimat “ Bismika Allahumma” (dengan namaMu, ya Allah).

Benar saja. Saat memasuki Kaa’bah, Muth’im bin ‘Adi mendapati
kondisi spanduk kesepakatan itu seperti yang diberitakan Rasulullah
saw. Maka keluarlah Bani Hasyim dan Bani Muthallib dari Syi’ib.
Mereka kembali berbaur bebas dengan masyarakat. Peristiwa ini
terjadi di tahun ke 10 kenabian. Enam bulan setelah peristiwa ini,
Abu Thalib wafat.

Rasulullah saw. bukan hanya kehilangan paman yang membelanya, tapi
juga kehilangan isteri yang menjadi teman seperjuangan. Khadijah
wafat di tahun yang sama dengan wafatnya Abu Thalib. Musibah yang
beruntun terhadap diri Rasulullah saw. ini disebut ‘ Amul Huzni
(Tahun Kesedihan). ‘ Amul Huzni terjadi selama 3 tahun sebelum
perintah hijrah ke Madinah. Sebab, tiga tahun terakhir itu
penindasan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin dan upaya pembunuhan
terhadap Rasulullah saw. demikian memuncak.

*** Isra’ dan Mik’raj

Di tengah himpitan musuh dan kehilangan pembela, Rasulullah saw.
ditemani Jibril, diperjalankan oleh Allah swt. dari Mekkah ke Baitul
Maqdis dengan mengendarai Buraq. Di Baitul Maqdis Rasulullah saw.
shalat dan menjadi imam dengan makmum para nabi. Setelah itu, Nabi
saw. naik ke langit dunia. Di sana beliau bertemu dengan Nabi Adam
a.s. Di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya a.s.
Di langit ketiga bertemu Nabi Yusuf a.s. Di langit keempat Nabi
Idris. Di langit kelima bertemu Nabi Harun. Di langit kelima bertemu
dengan Nabi Musa a.s. Di langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim a.s.
Kemudian Rasulullah saw. sampai di Sidratul Muntaha, lalu diangkat
ke Baitul Ma’mur. Di sini Jibril terlihat dalam bentuknya yang asli.

Allah saw. telah berbicara dengan Rasulullah saw. dan memberi
perintah wajibnya shalat 5 waktu. Sebelumnya perintah itu adalah 50
kali dalam sehari semalam. Tapi, setelah berdiskusi dengan Nabi
Musa, Rasulullah saw. bolak-balik meminta keringanan kepada Allah
swt.

Rasulullah saw. menceritakan tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini
kepada kaum muslimin dan penduduk Mekkah. Kaum musyrikin
mendustakan, meski Rasulullah saw. mampu memberi bukti dengan
menerangkan secara terperinci tentang Baitul Maqdis dan kafilah
Quraisy yang tengah kembali dari Syam.

Hanya Abu Bakar orang yang tidak ragu dengan cerita Rasulullah saw.
tersebut. Tak hairan jika Rasulullah saw. memberinya gelar
As Shiddiq.

tuliskanakuhadith.blogspot.com
Norshahuddin Edited Oct 2014/ Zulhijjah 1435...^^..

No comments:

Post a Comment