Monday 8 June 2015

Riwayat Nabi Syu'aib (012)...^^..

Riwayat Nabi Syu'aib (012)...^^..

Kaum Madyam, kaumnya Nabi Syu'aib, adalah segolongan bangsa
Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama " Ma'an" di pinggir
negeri Syam. Mereka terdiri dari orang-orang kafir tidak
mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Mereka menyembah kepada " Aikah"
iaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa pohon dan
tanam-tanaman. Cara hidup dan istiadat mereka sudah sangat
jauh dari ajaran agama dan pengajaran nabi-nabi sebelum Nabi
Syu'aib a.s.

Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan
merupakan perbuatan dan perilaku yang lumrah dan rutin.
Kecurangan dan perkhianatan dalam hubungan dagang seperti
pemalsuan barang, kecurian dalam takaran dan timbangan menjadi
ciri yang sudah sebati dengan diri mereka. Para pedagang dan
petani kecil selalu menjadi korban permainan para pedagang-
pedagang besar dan para pemilik modal, sehingga dengan
demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya, sedangkan yang
lemah semakin merosot modalnya dan semakin melarat hidupnya.

Sesuai dengan sunnah Allah sejak Adam diturunkan ke bumi bahwa
dari waktu ke waktu bila manusia sudah lupakan kepadaNya dan
sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran nabi-nabiNya, dan
bila Iblis serta syaitan sudah menguasai sesuatu masyarakat
dengan ajaran dan tuntutannya yang menyesatkan maka Allah
mengutuskan seorang rasul dan nabi untuk memberi penerangan
serta tuntutan kepada mereka agar kembali ke jalan yang lurus
dan benar, jalan iman dan tauhid yang bersih dari segala rupa
syirik dan persembahan yang bathil.

Kepada kaum Madyan diutuslah oleh Allah seorang Rasul iaitu
Nabi Syu'aib, seorang daripada mereka sendiri, sedarah
sedaging dengan mereka. Ia mengajak mereka meninggalkan
persembahan kepada Aikah, sebuah benda mati yang tidak
bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya melakukan
persembahan dan sujud kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta
langit dan bumi. Termasuk juga menerangkan pencipta sebenarnya
sebidang tanah yang mereka puja sebagai tuhan mereka.

Nabi Syu'aib menyeru kepada mereka agar meninggalkan
perbuatan-perbuatan dan kelakukan-kelakuan yang dilarang oleh
Allah serta membawa kerugian bagi sesama manusia serta
mengakibat kerusakan dan kebinasaan masyarakat. Mereka diajak
agar berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan terutama
terhadap orang lain, meninggalkan perkhianat dan kezaliman
serta perbuatan curang dalam hubungan dagang, perampasan hak
milik seseorang dan penindasan terhadap orang-orang yang lemah
dan miskin.

Diingatkan oleh Nabi Syu'aib akan nikmat Allah dan kurniaanNya
yang telah memberi mereka tanah subur serta sarana-sarana
kemakmuran yang berlimpah-limpah dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan anak cucu yang pesat. Semuanya itu menurut seruan
Nabi Syu'aib, patut diimbangi dengan rasa bersyukur dan
bersembah kepada Allah Maha Pencipta yang akan melipat
gandakan nikmat dan kurniaNya kepada orang-orang yang beriman
dan bersyukur.

Diingatkan pula Nabi Syu'aib bahwa mereka tidak mahu sedar dan
kembali kepada jalan yang benar mengikuti ajaran dan perintah
Allah yang dibawanya, nescaya Allah akan mencabut nikmat dan
kurniaNya kepada mereka, bahkan akan menurunkan azabnya atas
mereka di dunia selain seksa dari azab yang menanti mereka
kelak di akhirat bila di bangkitkan kembali dari kubur.

Kepada mereka Nabi Syu'aib dikisahkan seksa dan azab yang
diturunkan oleh Allah terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh
dan paling dekat kaum Luth yang kesemua telah menderita dan
menjadi binasa akibat kekafiran, keangkuhan dan keengganan
mereka mengikuti ajaran serta tuntutan nabi-nabi yang diutus
Allah kepada Mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib agar mereka
beriktibar dan ingat bahwa mereka akan mengalami nasib yang
telah dialami oleh kaum-kaum itu jika mereka tetap melakukan
persembahan yang bathil serta tetap melakukan perbuatan-
perbuatan yang buruk dan jahat.

Dakwah dan ajakan Nabi Syu'aib disambut oleh mereka terutama
penguasa, pembesar serta orang-orang kaya dengan ejekan dan
olok-olok. Mereka berkata, " Adakah kerana solatmu, engkau
memerintahkan kami menyembah selain apa yang telah kami sembah
sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah dilakukan
oleh nenek moyang kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah
juga karena solatmu engkau menganjurkan kami meninggalkan
cara-cara hidup sehari-hari yang nyata telah membawa
kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan sudah menjadi adat
istiadat kami turun temurun.

Sungguh kami tidak mengerti apa tujuanmu dan apa maksudmu
dengan ajaran-ajaran baru yang engkau bawa kepada kami.
Sungguh kami menyaksikan kesempurnaan akalmu dan keberesan
otakmu !"

Ejekan dan olok-olok mereka didengar dan diterima oleh Syu'aib
dengan kesabaran dan kelapangan dada. Ia sesekali tidak
menyambut kata-kata kasar mereka dengan marah atau membalasnya
dengan kata-kata yang kasar pula. Ia bahkan makin bersikap
lemah lembut dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani dan
akal mereka supaya memikirkan dan merenungkan apa yang
dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka.

Dan sesekali ia menonjolkan hubungan darah dan kekeluargaannya
dengan mereka, sebagai jaminan bahwa ia menghendaki perbaikan
bagi hidup mereka di dunia dan akhirat dan bukan sebaliknya.
Ia tidak mengharapkan sesuatu balas jasa atas usaha dakwahnya.
Ia tidak pula memerlukan kedudukan atau menginginkan
kehormatan bagi dirinya dari kaumnya.

Ia akan cukup merasa puas jika kaumnya kembali kepada jalan
Allah, masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang bersih dari
segala kemaksiatan dan adat-istiadat yang buruk. Ia akan
menerima upahnya dari Allah yang telah mengutuskannya sebagai
rasul yang dibebani amanat untuk menyampaikan risalahNya
kepada kaumnya sendiri.

Kaum Syu'aib akhirnya merasa jengkel dan jemu melihat Nabi
Syu'aib tidak henti-hentinya berdakwah bertabligh pada setiap
kesempatan dan di mana saja ia menemui orang berkumpul.
Penghinaan dan ancaman dilontar kepada Nabi Syu'aib dan para
pengikutnya akan diusir dan akan dikeluarkan dari Madyan jika
mereka tidak mahu menghentikan dakwahnya atau tidak mahu
mengikuti agama dan cara-cara hidup mereka.

Berkata mereka kepada Nabi Syu'aib dengan nada mengejek,
" Kami tidak mengerti apa yang kamu katakan. Nasihat-nasihatmu
tidak mempunyai tempat di dalam hati dan kalbu kami. Engkau
adalah seorang yang lemah fizikalnya, rendah kedudukan dalam
pengaulan maka tidak mungkin engkau dapat mempengaruhi atau
memimpin kami yang berfizikal lebih kuat dan berkedudukan yang
lebih tinggi daripadamu.

Cuba tidak kerana kerabatmu yang kami segani dan hormati,
nescaya engkau telah kami rejam dan sisihkan dari pengaulan
kami."

Nabi Syu'aib menjawab, " Aku tidak akan hentikan dakwahku
kepada risalah Allah yang telah diamanahkan kepadaku dan
janganlah kamu mengharapkan bahwa aku mahupun para pengikutku
akan kembali mengikuti agamamu dan adat-istiadatmu setelah
Allah memberi hidayahnya kepada kami. Pelindungku adalah Allah
Yang Maha Berkuasa dan bukan sanak kerabatku, Dialah yang
memberi tugas kepadaku dan Dia pula akan melindungiku dari
segala gangguan dan ancaman. Adakah sanak saudaraku yang
engkau lebih segani daripada Allah yang Maha Berkuasa ?"

Sejak berdakwah dan bertabligh menyampaikan risalah Allah
kepada kaum Madyan, Nabi Syu'aib berhasil menyedarkan hanya
sebahagian kecil dari kaumnya, sedang bahagian yang terbesar
masih tertutup hatinya bagi cahaya iman dan tauhid yang
diajar oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala
mempertahankan tradisi, adat-istiadat dan agama yang mereka
warisi dari nenek moyang mereka.

Itulah alasan mereka satu-satunya yang mereka kemukakan untuk
menolak ajaran Nabi Syu'aib dan itulah benteng mereka satu-
satunya tempat mereka berlindung dari serangan Nabi Syu'aib
atas persembahan mereka yang bathil dan adat pengaulan mereka
yang mungkar dan sesat. Di samping itu jika mereka sudah
merasa tidak berdaya menghadapi keterangan-keterangan Nabi
Syu'aib yang didukung dengan dahlil dan bukti yang nyata
kebenaran, mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong
seolah-olah Nabi adalah tukang sihir dan ahli sulap yang
ulung.

Mereka telah berani menentang Nabi Syu'aib untuk membuktikan
kebenaran risalahnya dengan mendatangkan bencana dari Allah
yang ia sembah dan menganjurkan orang menyembahNya pula.

Mendengar tentangan kaumnya yang menandakan hati mereka telah
tertutup rapat-rapat bagi sinar agama dan wahyu yang ia bawa
dan bahwa tiada harapan lagi akan menarik mereka ke jalan yang
lurus serta mengangkat mereka dari lembah syirik dan
kemaksiatan serta pergaulan buruk, maka bermohonlah Nabi
Syu'aib kepada Allah agak menurunkan azab seksanya kepada kaum
Madyan bahwa wujudNya menentang kekuasaanNya untuk menjadi
ibrah dan peringatan bagi generasi-generasi yang mendatang.

Allah Yang Maha berkuasa berkenan menerima permohonan dan doa
Syu'aib, maka diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa
udara yang sangat panas yang mengeringkan kerongkongan karena
dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air dan membakar
kulit yang tidak dapat diubati dengan berteduh di bawah atap
rumah atau pohon-pohon.

Di dalam keadaan mereka yang sedang bingung, panik berlari-
lari ke sana ke mari, mencari perlindungan dari terik panasnya
matahari yang membakar kulit dan dari rasa dahaga karena
keringnya kerongkong tiba-tiba terlihat di atas kepala mereka
gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah mereka ingin
berteduh dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan
hitam itu seraya berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah
ke atas kepala mereka percikan api dari jurusan awan hitam itu
diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan dahsyat
sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya
menjadikan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang
lain dan melayanglah jiwa mereka dengan serta-merta.

Nabi Syu'aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya
dan berkata kepada para pengikutnya yang telah beriman, " Aku
telah sampaikan kepada mereka risalah Allah, menasihati dan
mengajak mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan mungkar
serta persembahan bathil mereka dan aku telah memperingatkan
mereka akan datangnya seksaan Allah bila mereka tetap berkeras
hati, menutup telinga mereka terhadap suara kebenaran ajaran-
ajaran Allah yang aku bawa, namun mereka tidak menghiraukan
nasihatku dan tidak mempercayai peringatanku. Karenanya tidak
patutlah aku bersedih hati atas terjadinya bencana yang telah
membinasakan kaumku yang kafir itu."

Kisah Nabi Syu'aib dikisahkan oleh Al Quran dalam 39 ayat pada
4 surah, di antaranya surah " Asy Syu'ra." ayat 176 sehingga
191 sebagai berikut,

" 176@ Kaum Aikah telah mendustakan rasul-rasul. 177@ Ketika
Syu'aib berkata kepada mereka, " Mengapa kamu tidak
bertakwa ?"

178@ Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan.

179@ Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

180@ Dan aku sesekali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan
itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

181@ Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang merugikan.

182@ Dan timbanglah dengan timbang yang lurus.

183@ Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu bermaharajalela di bumi dengan membuat
kerusakan.

184@ Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu
dan umat-umat yang terdahulu.

185@ Mereka berkata, " Sesungguhnya kamu adalah seorang
daripada orang-orang yang kena sihir.

186@ Dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti
kami dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar
termasuk orang-orang yang berdusta.

187@ Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit jika kamu
termasuk orang-orang yang benar.

188@ Syu'aib berkata, " Tuhanku lebih mengetahui apa yang
engkau kerjakan."

189@ Kemudian mereka mendustakan Syu'aib lalu mereka ditimpa
azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda {kekuasaan Allah}
tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.

191@ Dan TUhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Penyayang." {Surah Asy Syu'ra: 176-191}

Surah " Hud." ayat 84 sehingga ayat 95 sebagai berikut,

" 84@ Dan kepada {penduduk} Madyan {Kami utus} saudara mereka
Syu'aib. Ia berkata, " Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali
tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi
sukatan dan timbangan sesungguhnya aku melihat kamu dalam
keadaan yang baik {mampu} dan sesungguhnya aku khuatir
terhadapmu akan azab hari yang membinasakan {kiamat}.

85@ Dan Syu'aib berkata, " Hai kaumku, cukupkanlah sukatan dan
timbangan dengan adil dan janganlah kamu merugikan manusia
terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan
di muka bumi dengan membuat kerusakan.

86@ Sisa {keuntungan dari Allah adalah lebih baik bagimu jika
kamu adalah orang-orang yang beriman}. Dan aku bukanlah
seorang penjaga atas dirimu."

87@ Mereka berkata, " Hai Syu'aib apakah sembahyangmu menyuruh
kami agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapa-bapa
kami atau melarang kami membuat apa yang kami kehendaki
tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat
penyantun lagi berakal."

88@ Syu'aib berkata, " Hai kaumku, bagaimana fikiranmu jika
aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan anugerahiNya
aku daripadaNya rezeki yang baik {patutlah aku menyalahi
perintahNya?}, Dan aku tidak mahu menyalahi kamu {dengan
mengerjakan} apa yang aku larang kamu daripadanya. Aku tidak
bermaksud kecuali {mendatangkan} kebaikan selama aku masih
bersanggupan. Dan tidak apa taufik bagiku melainkan dengan
{pertolongan} Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan
hanya kepadaNyalah aku kembali.

89@ Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara ku
{dengan kamu} menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu
ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau
kaum Saleh sedang kaum Luth tidak {pula} jauh
{tempatnya/masanya} dari kamu.

90@ Dan mohonlah ampun daripada Tuhanmu kemudian bertaubatlah
kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha
Pengasih."

91@ Mereka berkata, " Hai Syu'aib ? Kami tidak banyak
mengetahui tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya
kami benar-benar melihat kamu adalah seorang yang lemah
di antara kami kalaulah tidak karena keluargamu tentulah kami
akan merejam kamu sedang kamu pun bukanlah seorang yang
berwibawa di sisi kami."

92@ Syu'aib menjawab, " Hai kaumku ! Apakah keluargaku lebih
terhormat menurut pandanganmu daripada Allah sedang Allah kamu
jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu ? Sesungguhnya
{pengetahuan} Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan."

93@ Dan {dia berkata}, " Hai kaumku ! Perbuatlah menurut
kemampuanmu sesungguhnya aku pun berbuat {pula}. Kelak kamu
akan mengetahui siapa yang akan kedatangan azab yang
menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab
{Tuhan}. Sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu."

94@ Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan
orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat
dari Kami dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh suatu
suara yang mengguntur lalu jadilah mereka mati bergelimpangan
di rumahnya.

95@ Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu.
Ingatlah kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum
Tsamud telah binasa." {Surah Hud: 84-95}

Surah " Al A'raaf." ayat 85 sehingga 93 sebagai berikut,

" 85@ Dan {Kami telah mengutuskan} kepada penduduk Madyan
saudara mereka Syu'aib. Ia berkata, " Hai kaumku ! sembahlah
Allah, sesekali tiada Tuhan bagimu selainNya. Sesungguhnya
telah datang kepadaku bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah sukatan dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang sukatan dan timbangannya,
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah
Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
betul-betul kamu orang yang beriman."

86@ Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan
menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari
jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi
bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah
sedikit, kemudian di perbanyak {oleh Allah}. Maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kerusakan.

87@ Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang
aku diutus untuk menyampaikannya dan ada pula segolongan yang
tidak beriman, maka bersabarlah sehingga Allah menetapkan
hukumanNya di antara kita dan Dia adalah Hakim yang sebaik-
baiknya.

88@ Pemuka-pemuka daripada kaum Syu'aib yang menyombongkan
diri berkata, " Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai
Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami
atau kamu kembali kepada agama kami." Berkata Syu'aib, " Dan
apakah {kamu akan mengusir kami}, meski pun kami tidak
menyukainya ?"

89@ Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap
Allah, jika kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan
kami daripadanya, Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya,
kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendakinya. Pengetahuan
Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami
bertawakkal. " Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami
dan kaum kami dengan hak {adil} dan Engkaulah Pemberi
keputusan yang sebaik-baiknya."

90@ Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata {kepada
sesamanya}, " Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu
kamu jika berbuat demikian {menjadi} orang-orang yang merugi."

91@ Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-
mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.

92@ {iaitu} Orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah
mereka belum pernah berdiam di kota itu, orang-orang yang
mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang rugi.

93@ Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata, " Hai
kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-
amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Maka
bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang
kafir." {Surah Al A'raf: 85-93}

Dan surah " Al Hijr." ayat 78 sehingga 79 sebagai berikut,

" 78@ Dan sesungguhnya penduduk Aikah itu benar-benar kaum
yang zalim.

79@ Maka Kami membinasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota
itu {Aikah dan Sadum kota kaum Luth} benar-benar terletak
di jalan umum yang terang." {Surah Al Hijr: 78-79}

*** Nabi Syuaib a.s.

Nabi Syuaib a.s. merupakan keturunan Nabi Luth a.s. daripada
pihak anak perempuannya. Beliau diutuskan oleh Allah s.w.t.
ke negeri Madyan, lalu dibinasakan, seterusnya berhijrah
ke negeri Aikah, lalu dibinasakan, lalu berhijrah pula
ke negeri yang lebih aman.

Allah Yang Maha Kuasa berkenan menerima permohonan dan doa
Syuaib. Maka diturunkanlah dahulu ke atas mereka udara yang
sangat panas lalu mengeringkan kerongkong kerana dahaga yang
tidak dapat dihilangkan dengan air dan membakar kulit yang
tidak dapat diubati walaupun berteduh di bawah atap rumah
serta pepohonan.

Ketika berada di dalam kebingungan, panik dan berlari ke sana
kemari, mencari perlindungan daripada terik panasnya mentari
yang membakar kulit dan rasa dahaga. Tiba-tiba terlihat
di atas kepala mereka gumpalan awan hitam yang tebal. Kesemua
mereka lari bertempiaran dengan harapan ingin berteduh
di bawahnya. Namun ketika berada di bawah gumpalan awan hitam
itu dalam keadaan berdesak-desakan, jatuhlah ke atas kepala
mereka percikan api dari jurusan awan hitam, diiringi suara
ledakan petir dan guruh yang dahsyat. Sementara itu, bumi
di bawah mereka bergoyang sekuatnya menjadikan mereka jatuh,
tertimbun di antara satu sama lain dan melayanglah jiwa mereka
dengan serta merta.

Nabi Syuaib diutuskan Allah menjadi Rasul di negeri Madyan.
Kaumnya membangkang dan tidak suka mengikuti seruannya. Allah
menurunkan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat
dan menghancurkan negeri mereka.

Lalu Nabi Syuaib berhijrah ke negeri Aikah, dan mendapati
penduduk di sana tetap sama seperti masyarakat Madyan. Allah
menurunkan azab kepada mereka berupa panas terik dan awan
hitam yang tebal (zhullah) dan membakar mereka sehingga
menjadi abu yang berterbangan.
posted from Bloggeroid

No comments:

Post a Comment