Tuesday 19 August 2014

Riwayat Nabi Zakaria...^^..

Riwayat Nabi Zakaria...^^..

Nabi Zakaria adalah ayah dari Nabi Yahya putera tunggalnya yang lahir
setelah dia mencapai usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri
Hanna, ibu saudaranya Maryam, Zakaria mendambakan mendapat
anak yang akan menjadi pewarisnya. Siang dan malam tiada henti-
hentinya dia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah
agar dikurniai seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya
memimpin Bani Israil.

Dia khuatir bahawa bila dia mati tanpa meninggalkan seorang
pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali
kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan mungkar dan
kemaksiatan dan bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat
Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat
sekehendak hati mereka. Selain itu, dia sebagai manusia, ingin pula
agar keturunannya tidak terputus dan terus bersambung dari generasi
sepanjang Allah mengizinkannya dan memperkenankan.

Nabi Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar
melakukan sembahyang serta menjenguk Maryam, anak iparnya yang
diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai dengan nadzarnya
sewaktu dia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang
ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi Maryam
sejak dia diserahkan oleh ibunya.

Tugas pengawasan atas diri Maryam diterima oleh Zakaria melalui
undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala menerima
bayi Maryam yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah
anak saudara isterinya sendiri yang hingga saat itu dia belum dikurniai
seorang anak pun oleh Tuhan.

Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria
telah terjadi pada suatu hari ketika dia datang ke mihrab sebagaimana
biasa. Dia melihat Maryam disalah satu sudut mihrab sedang
tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak menghiraukan bapa
saudaranya yang datang menjenguknya. Di depan Maryam yang
sedang asyik bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai jenis
buah-buahan musim panas.

Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya
buah-buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam
musim dingin. Dia tidak sabar menanti anak saudaranya dan selesai
sembahyang, dia lalu mendekatinya dan menegur bertanya
kepadanya: " Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua ?"

Maryam menjawab: " Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa
kucari dan aku minta. Diwaktu pagi dikala matahari terbit aku
mendapatkan rezekiku ini sudah berada didepan mataku, dan
demikian pula bila matahari terbenam di waktu senja.

Mengapa bapa saudaranya merasa hairan dan takjub ? Bukankah
Allah berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan ?"

*** Maryam binti Imran

Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal
dari Imran seorang daripada pemuka-pemuka dan ulama Bani Isra'il.
Ibunya, saudara ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang perempuan
yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa
berbahagia jika belum memperoleh anak. Dia merasa hidup tanpa
anak adalah sunyi dan membosankan.

Dia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang
kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa
suka di dalam kehidupan keluarga. Dia sangat inginkan akan kanak-
kanak dan keturunan sehingga bila dia melihat seorang ibu
menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya,
dia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung
lepas dari ingatannya.

Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun
keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak
menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai
nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga
membawa hasil.

Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan
kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah
isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa
memenuhi keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan
seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah beruban
dan usianya sudah lanjut.

Maka dia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah
bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan
hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya akan
dikabulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitul
Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci
itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk
kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.

Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia.
Allah telah menerima permohonannya dan mempersembahkan
doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-Nya
bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang nabi besar.
Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh setiap
perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama
kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin
membesar.

Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-
idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah
tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir.
Dia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan
kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk
berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan
dilahirkan.

Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran
berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imran
menjadi berseri-seri, tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa
yang mencekam hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh
harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.

Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: " Manusia
merancang, Tuhan menentukan." Imran yang sangat dicintai dan
sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera
pertamanya serta mendampinginya dikala dia melahirkan anaknya,
tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra'il dan dikembalikan kepada
Allah s.w.t serta meninggalkan isterinya seorang diri dalam keadaan
hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara
suami isteri menjadi makin mesra.

Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur
dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa
isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah
segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan
dengan sempurna lahirlah, dia dari kandungan ibunya yang malang
menghirup udara bebas. 

Agak kecewalah si ibu, janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi
yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan dia menanti seorang
putera yang telah dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada
Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara sedih berucaplah dia
seraya menghadapkan wajahnya ke atas:

" Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan
aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak
menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik
puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan
Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan
pemeliharanya."

Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada
pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin
ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan
pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu mengalah,
maka terpaksalah diundi diantara mereka, yang akhirnya undian jatuh
kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.

Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang
diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari
keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada
henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Dia
ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar di atas loteng
Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan
menggunakan sebuah tangga.

Zakaria merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan
undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam
secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Dia mencurahkan cinta
dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk
menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang.

Tiap ada kesempatan dia datang menjenguknya, melihat keadaannya,
mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang
membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun
Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.

Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak
saudara isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa
hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan
bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis
yang lain, tetapi dia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan
dan peranan besar di kemudian hari.

Pada suatu hari tatkala Zakaria datang seperti biasa, mengunjungi
Maryam, dia mendapatinya berada di mihrabnya sedang tenggelam
dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Dia terperanjat
ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa
buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi
bersujud.

Dia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan
itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan
setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang
mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai
dia bersujud dan mengangkat kepala:

" Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini,
padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau
pernah meninggalkan mihrabmu ? Selain itu buah-buahan ini adalah
buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam
musim dingin ini."

Maryam menjawab: " Inilah peberian Allah kepadaku tanpa aku
berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan
takjub ? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya
kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak
ternilai besarnya ?"

Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai
mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan olehNya untuk
melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa Al masih a.s.

Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat
dibaca dalam Al Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42
hingga 44.

tuliskanakuhadith.blogspot.com
Norshahuddin Edited Ogos 2014...^^..

No comments:

Post a Comment