Riwayat Nabi Ya'qup[Yaakob] (010)...^^..
Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang
ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah
binti A'zar. Ia adalah saudara kembar dari putera Ishaq yang
kedua bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak
terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh
kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam
dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang
memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh
ibunya.
Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk
dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang
diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-
anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak
diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti
Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan
mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki
dan irihati, bahkan ia selalu diancam maka datanglah Ya'qub
kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia berkata
mengeluh,
" Wahai ayahku ! Tolonglah berikan fikiran kepadaku, bagaimana
harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam
dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang
menyakitkan hatiku, sehinggakan menjadi hubungan persaudaraan
kami berdua renggang dan tegang, tidak ada saling cinta
mencintai saling sayang-menyayangi.
Dia marah karena ayah memberkahi dan mendoakan aku agar aku
memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan
yang makmur serta kemewahan. Dia menyombongkan diri dengan
kedua orang isterinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahwa
anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat
bagi anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan
macam-macam ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku.
Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana aku dapat
mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara
kekeluargaan.
Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal
hati melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin
meruncing,
" Wahai anakku, karena usiaku yang sudah lanjut aku tidak
dapat menengahi kamu berdua. Ubanku sudah menutupi seluruh
kepalaku, badanku sudah membongkok, raut mukaku sudah kisut
berkerut dan aku sudah berada di ambang pintu perpisahan dari
kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini.
Aku khuatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu
Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan
memusuhimu, berusaha mencari kecelakaanmu dan kebinasaanmu. Ia
dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan
pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan
berwibawa di negeri ini.
Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut fikiranku, engkau
harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah engkau ke
Fadan A'raam di daerah Irak, di mana bermukin bapa saudaramu
saudara ibumu, Laban bin Batu'il.
Engkau dapat mengharap dikahwinkan kepada salah seorang
puterinya dan dengan demikian menjadi kuatlah kedudukan
sosialmu, disegani dan dihormati orang karena kedudukan
mertuamu yang menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau
ke sana dengan iringan doa daripadaku. Semoga Allah memberkahi
perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan
yang tenang dan tenteram.
Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati
si anak. Ya'qub melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar
yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antaranya
dan Ishu, apalagi dengan mengikuti saranan itu. Ia akan dapat
bertemu dengan bapa saudaranya dan anggota-anggota keluarganya
dari pihak ibunya.
Ia segera berkemas-kemas membungkus barang-barang yang
diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta
air mata yang tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya
dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.
* Nabi Ya'qub Tiba di Irak. *
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas
mataharinya yang terik dan angin samumnya {panas} yang
membakar kulit, Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri,
menuju ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban tinggal.
Dalam perjalanan yang jauh itu, ia sesekali berhenti
beristirehat bila merasa letih dan lesu. Dan dalam salah satu
tempat perhentiannya ia berhenti karena sudah sangat letihnya
tertidur dibawah teduhan sebuah batu karang yang besar.
Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia
dikurniakan rezeki luas, penghidupan yang aman damai, keluarga
dan anak cucu yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar
dan makmur.
Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh
ke kanan dan ke kiri dan sedarlah ia bahawa apa yang
dilihatnya hanyalah sebuah mimpi. Namun ia percaya bahwa
mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuia
dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya.
Dengan diperoleh mimpi itu, ia merasa segala letih yang
ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia
memperolehi tenaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk
secepat mungkin tiba di tempat yang di tuju dan menemui sanak-
saudaranya dari pihak ibunya.
Tiba pada akhirnya Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan
A'ram setelah berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan
yang membosankan tiada yang dilihat selain dari langit di atas
dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya ketika ia mulai
melihat binatang-binatang peliharaan berkeliaran di atas
ladang-ladang rumput, burung-burung berterbangan di udara yang
cerah dan para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah
dan keperluan hidup masing-masing.
Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti
sebentar bertanya salah seorang penduduk di mana letaknya
rumah saudara ibunya Laban berada. Laban seorang kaya-raya
yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang
terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk
menemukan alamatnya.
Penduduk yang ditanya itu segera menunjuk ke arah seorang
gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata
kepada Ya'qub,
" Kebetulan sekali, itulah dia puterinya Laban yang akan dapat
membawamu ke rumah ayahnya, ia bernama Rahil.
Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri yang
gadis ayu dan cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-
putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya, ia
mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri.
Ibunya yang bernama Rifqah adalah saudara kandung dari ayah
si gadis itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu
bahwa ia datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan dengan tujuan
hendak menemui Laban, ayahnya untuk menyampaikan pesanan
Ishaq, ayah Ya'qub kepada gadis itu.
Maka dengan senang hati sikap yang ramah muka yang manis
disilakan Ya'qub mengikutinya berjalan menuju rumah Laban bapa
saudaranya. Berpeluk-pelukanlah dengan mesranya si bapa
saudara dengan anak saudara, menandakan kegembiraan masing-
masing dengan pertemuan yang tidak disangka-sangka itu dan
mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yang dicucurkan
oleh rasa terharu dan sukcita.
Maka disiapkanlah oleh Laban bin Batu'il tempat dan bilik khas
untuk anak saudaranya Ya'qub yang tidak berbeda dengan tempat-
tempat anak kandungnya sendiri di mana ia dapat tinggal sesuka
hatinya seperti di rumahnya sendiri.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban, bapa
saudaranya sebagai anggota keluarga. Disampaikanlah oleh
Ya'qub kepada bapa saudaranya pesanan Ishaq ayahnya, agar
mereka berdua berbesan dengan mengahwinkannya kepada salah
seorang dari puteri-puterinya.
Pesanan tersebut di terima oleh Laban dan setuju akan
mengahwinkan Laban dengan salah seorang puterinya, dengan
syarat sebagai maskahwin, ia harus memberikan tenaga kerjanya
di dalam perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuh
tahun.
Ya'qub menyetujuinya syarat-syarat yang dikemukakan oleh bapa
saudaranya dan bekerjalah ia sebagai seorang pengurus
perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.
Setelah tujuh tahun dilampaui oleh Ya'qub sebagai pekerja
dalam perusahaan penternakan Laban, ia menagih janji bapa
saudaranya yang akan mengambilnya sebagai anak menantunya.
Laban menawarkan kepada Ya'qub agar menyunting puterinya yang
bernama Laiya sebagai isteri, namun anak saudaranya
menghendaki Rahil adik dari Laiya, kerana lebih cantik dan
lebih ayu dari Laiya yang ditawarkannya itu.
Keinginan mana diutarakannya secara terus terang oleh Ya'qub
kepada bapa saudaranya, yang juga dari pihak bapa saudaranya
memahami dan mengerti isi hati anak saudaranya itu. Akan
tetapi adat istiadat yang berlaku pada waktu itu tidak
mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya kahwin lebih
dahulu.
Karenanya sebagai jalan tengah agak tidak mengecewakan Ya'qub
dan tidak pula melanggar peraturan yang berlaku, Laban
menyarankan agar anak saudaranya Ya'qub menerima Laiya sebagai
isteri pertama dan Rahil sebagai isteri kedua yang akan
di sunting kelak setelah ia menjalani kerja tujuh tahun
di dalam perusahaan penternakannya.
Ya'qub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa
berhutang budi kepadanya yang telah menerimanya di rumah
sebagai keluarga, melayannya dengan baik dan tidak dibeda-
bedakan seolah-olah anak kandungnya sendiri, tidak dapat
berbuat apa-apa selain menerima cadangan bapa saudaranya itu.
Perkahwinan dilaksanakan dan kontrak untuk masa tujuh tahun
kedua ditanda-tangani.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir, dikahwinkanlah Ya'qub
dengan Rahil gadis yang sangat dicintainya dan selalu dikenang
sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota Fadam A'raam.
Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita
bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut syariat dan
peraturan yang berlaku pada waktu itu, tidak terlarang akan
tetapi oleh syariat Muhammad s.a.w. hal semacam itu telah
diharamkan.
Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya iaitu kedua isteri
Ya'qub seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga
mereka. Dan dari kedua isterinya serta kedua hamba sahayanya
itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di antaranya Yusuf dan
Binyamin dari ibu Rahil sedang yang lain dari Laiya.
Beliau diutuskan menjadi Rasul di negeri Kan'an untuk memimpin
penduduknya menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Riwayat lain
menceritakan bahawa beliau diutuskan ke Nablus. Beliau bekerja
sebagai bercucuk tanam dan menternak.
Layya dan Rahil mempunyai dua orang sahaya bernama Sulfah dan
Balhah. Kedua-dua mereka turut dikahwini Yaakub. Hasil
daripada empat perkahwinan tersebut, beliau dikurniakan 12
orang anak. Mereka disebut di dalam Al Quran sebagai
" Al Asbaath."
Hasil perkongsian hidup bersama Layya, beliau dikurniakan
enam cahaya mata yang bernama, Rabin, Syam'um, Lawi, Yahuza,
Yasakir, Zebulon. Hasil perkahwinan beliau dengan Rahil,
Yaakub dikurniakan dua cahaya mata yang bernama, Yusuf dan
Bunyamin. Rahil meninggal dunia sewaktu melahirkan Bunyamin.
Perkongsian hidup beliau bersama Sulfah, lahirlah dua lagi
waris yang bernama, Daan dan Naftali. Dan dengan Balhah,
mereka menimang dua lagi zuriat bernama, Yad dan Asyir.
Kesemua mereka dikenali sebagai Al Asbaath yang membawa maksud
qabilah Bani Israil, kerana setiap mereka mempunyai keturunan
yang ramai.
*** Perang Sabil.
Pada ketika itu peperangan tercetus di antara raja dan
keluarga Yaakub a.s. Putera Yaakub yang bernama Syam'um
berkata, " Ya Nabi Allah ! Saya akan bertanggungjawab jika
diizinkan oleh kamu untuk meruntuhkan benteng pertahanan
musuh. Serahkan kepadaku."
Tugas tersebut diserahkan kepada Syam'um. Sesudah mendapat
kebenaran Syam'um pergi menuju pintu pertahanan musuh. Beliau
membaca doa kepada Allah s.w.t. yang bermaksud,
" Ya Allah ! Bukakanlah bagi kami pintu ini dengan mudah dan
engkaulah, Ya Allah, sebaik-baik yang memberikan kemenangan.
Dengan nama Allah, selamatkanlah kami."
Syam'un menghentakkan kakinya terhadap benteng tersebut,
sehingga roboh dindingnya. Ramai di kalangan musuh mati
ditimpa benteng tersebut. Keadaan menjadi tegang, mereka
kebingungan dan huru-hara. Kemudian Nabi Yaakub tiba bersama-
sama putera-puteranya yang lain menuju benteng pertahanan
musuh yang telah hancur. Mereka memerangi dan mengalahkan raja
yang sombong itu. Hartanya dijadikan sebagai harta perang
(ghanimah).
Nabi Yaakub berhijrah ke Palestin untuk menemui bapa
saudaranya yang bernama "Laban." Beliau berjalan pada malam
hari dan beristirehat ketika hari siang. Oleh yang demikian
keluarga Yaakub dan keturunannya dikenali sebagai "Bani
Israil". Nabi Yaakub juga terkenal dengan nama Nabi Israil,
yang membawa maksud suka berjalan pada malam hari.
* Kisah Nabi Ya'qub Di Dalam Al Quran. *
Kisah Nabi Ya'qub tidak terdapat dalam Al Quran secara
tersendiri, namun disebut-sebut nama Ya'qub dalam hubungannya
dengan Ibrahim, Yusuf dan lain-lain nabi. Bahkan kisah ini
adalah bersumberkan dari kitab-kitab tafsir dan buku-buku
sejarah.
Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang
ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah
binti A'zar. Ia adalah saudara kembar dari putera Ishaq yang
kedua bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak
terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh
kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam
dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang
memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh
ibunya.
Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk
dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang
diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-
anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak
diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti
Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan
mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki
dan irihati, bahkan ia selalu diancam maka datanglah Ya'qub
kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia berkata
mengeluh,
" Wahai ayahku ! Tolonglah berikan fikiran kepadaku, bagaimana
harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam
dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang
menyakitkan hatiku, sehinggakan menjadi hubungan persaudaraan
kami berdua renggang dan tegang, tidak ada saling cinta
mencintai saling sayang-menyayangi.
Dia marah karena ayah memberkahi dan mendoakan aku agar aku
memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan
yang makmur serta kemewahan. Dia menyombongkan diri dengan
kedua orang isterinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahwa
anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat
bagi anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan
macam-macam ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku.
Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana aku dapat
mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara
kekeluargaan.
Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal
hati melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin
meruncing,
" Wahai anakku, karena usiaku yang sudah lanjut aku tidak
dapat menengahi kamu berdua. Ubanku sudah menutupi seluruh
kepalaku, badanku sudah membongkok, raut mukaku sudah kisut
berkerut dan aku sudah berada di ambang pintu perpisahan dari
kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini.
Aku khuatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu
Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan
memusuhimu, berusaha mencari kecelakaanmu dan kebinasaanmu. Ia
dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan
pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan
berwibawa di negeri ini.
Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut fikiranku, engkau
harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah engkau ke
Fadan A'raam di daerah Irak, di mana bermukin bapa saudaramu
saudara ibumu, Laban bin Batu'il.
Engkau dapat mengharap dikahwinkan kepada salah seorang
puterinya dan dengan demikian menjadi kuatlah kedudukan
sosialmu, disegani dan dihormati orang karena kedudukan
mertuamu yang menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau
ke sana dengan iringan doa daripadaku. Semoga Allah memberkahi
perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan
yang tenang dan tenteram.
Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati
si anak. Ya'qub melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar
yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antaranya
dan Ishu, apalagi dengan mengikuti saranan itu. Ia akan dapat
bertemu dengan bapa saudaranya dan anggota-anggota keluarganya
dari pihak ibunya.
Ia segera berkemas-kemas membungkus barang-barang yang
diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta
air mata yang tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya
dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.
* Nabi Ya'qub Tiba di Irak. *
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas
mataharinya yang terik dan angin samumnya {panas} yang
membakar kulit, Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri,
menuju ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban tinggal.
Dalam perjalanan yang jauh itu, ia sesekali berhenti
beristirehat bila merasa letih dan lesu. Dan dalam salah satu
tempat perhentiannya ia berhenti karena sudah sangat letihnya
tertidur dibawah teduhan sebuah batu karang yang besar.
Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia
dikurniakan rezeki luas, penghidupan yang aman damai, keluarga
dan anak cucu yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar
dan makmur.
Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh
ke kanan dan ke kiri dan sedarlah ia bahawa apa yang
dilihatnya hanyalah sebuah mimpi. Namun ia percaya bahwa
mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuia
dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya.
Dengan diperoleh mimpi itu, ia merasa segala letih yang
ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia
memperolehi tenaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk
secepat mungkin tiba di tempat yang di tuju dan menemui sanak-
saudaranya dari pihak ibunya.
Tiba pada akhirnya Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan
A'ram setelah berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan
yang membosankan tiada yang dilihat selain dari langit di atas
dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya ketika ia mulai
melihat binatang-binatang peliharaan berkeliaran di atas
ladang-ladang rumput, burung-burung berterbangan di udara yang
cerah dan para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah
dan keperluan hidup masing-masing.
Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti
sebentar bertanya salah seorang penduduk di mana letaknya
rumah saudara ibunya Laban berada. Laban seorang kaya-raya
yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang
terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk
menemukan alamatnya.
Penduduk yang ditanya itu segera menunjuk ke arah seorang
gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata
kepada Ya'qub,
" Kebetulan sekali, itulah dia puterinya Laban yang akan dapat
membawamu ke rumah ayahnya, ia bernama Rahil.
Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri yang
gadis ayu dan cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-
putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya, ia
mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri.
Ibunya yang bernama Rifqah adalah saudara kandung dari ayah
si gadis itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu
bahwa ia datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan dengan tujuan
hendak menemui Laban, ayahnya untuk menyampaikan pesanan
Ishaq, ayah Ya'qub kepada gadis itu.
Maka dengan senang hati sikap yang ramah muka yang manis
disilakan Ya'qub mengikutinya berjalan menuju rumah Laban bapa
saudaranya. Berpeluk-pelukanlah dengan mesranya si bapa
saudara dengan anak saudara, menandakan kegembiraan masing-
masing dengan pertemuan yang tidak disangka-sangka itu dan
mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yang dicucurkan
oleh rasa terharu dan sukcita.
Maka disiapkanlah oleh Laban bin Batu'il tempat dan bilik khas
untuk anak saudaranya Ya'qub yang tidak berbeda dengan tempat-
tempat anak kandungnya sendiri di mana ia dapat tinggal sesuka
hatinya seperti di rumahnya sendiri.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban, bapa
saudaranya sebagai anggota keluarga. Disampaikanlah oleh
Ya'qub kepada bapa saudaranya pesanan Ishaq ayahnya, agar
mereka berdua berbesan dengan mengahwinkannya kepada salah
seorang dari puteri-puterinya.
Pesanan tersebut di terima oleh Laban dan setuju akan
mengahwinkan Laban dengan salah seorang puterinya, dengan
syarat sebagai maskahwin, ia harus memberikan tenaga kerjanya
di dalam perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuh
tahun.
Ya'qub menyetujuinya syarat-syarat yang dikemukakan oleh bapa
saudaranya dan bekerjalah ia sebagai seorang pengurus
perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.
Setelah tujuh tahun dilampaui oleh Ya'qub sebagai pekerja
dalam perusahaan penternakan Laban, ia menagih janji bapa
saudaranya yang akan mengambilnya sebagai anak menantunya.
Laban menawarkan kepada Ya'qub agar menyunting puterinya yang
bernama Laiya sebagai isteri, namun anak saudaranya
menghendaki Rahil adik dari Laiya, kerana lebih cantik dan
lebih ayu dari Laiya yang ditawarkannya itu.
Keinginan mana diutarakannya secara terus terang oleh Ya'qub
kepada bapa saudaranya, yang juga dari pihak bapa saudaranya
memahami dan mengerti isi hati anak saudaranya itu. Akan
tetapi adat istiadat yang berlaku pada waktu itu tidak
mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya kahwin lebih
dahulu.
Karenanya sebagai jalan tengah agak tidak mengecewakan Ya'qub
dan tidak pula melanggar peraturan yang berlaku, Laban
menyarankan agar anak saudaranya Ya'qub menerima Laiya sebagai
isteri pertama dan Rahil sebagai isteri kedua yang akan
di sunting kelak setelah ia menjalani kerja tujuh tahun
di dalam perusahaan penternakannya.
Ya'qub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa
berhutang budi kepadanya yang telah menerimanya di rumah
sebagai keluarga, melayannya dengan baik dan tidak dibeda-
bedakan seolah-olah anak kandungnya sendiri, tidak dapat
berbuat apa-apa selain menerima cadangan bapa saudaranya itu.
Perkahwinan dilaksanakan dan kontrak untuk masa tujuh tahun
kedua ditanda-tangani.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir, dikahwinkanlah Ya'qub
dengan Rahil gadis yang sangat dicintainya dan selalu dikenang
sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota Fadam A'raam.
Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita
bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut syariat dan
peraturan yang berlaku pada waktu itu, tidak terlarang akan
tetapi oleh syariat Muhammad s.a.w. hal semacam itu telah
diharamkan.
Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya iaitu kedua isteri
Ya'qub seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga
mereka. Dan dari kedua isterinya serta kedua hamba sahayanya
itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di antaranya Yusuf dan
Binyamin dari ibu Rahil sedang yang lain dari Laiya.
Beliau diutuskan menjadi Rasul di negeri Kan'an untuk memimpin
penduduknya menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Riwayat lain
menceritakan bahawa beliau diutuskan ke Nablus. Beliau bekerja
sebagai bercucuk tanam dan menternak.
Layya dan Rahil mempunyai dua orang sahaya bernama Sulfah dan
Balhah. Kedua-dua mereka turut dikahwini Yaakub. Hasil
daripada empat perkahwinan tersebut, beliau dikurniakan 12
orang anak. Mereka disebut di dalam Al Quran sebagai
" Al Asbaath."
Hasil perkongsian hidup bersama Layya, beliau dikurniakan
enam cahaya mata yang bernama, Rabin, Syam'um, Lawi, Yahuza,
Yasakir, Zebulon. Hasil perkahwinan beliau dengan Rahil,
Yaakub dikurniakan dua cahaya mata yang bernama, Yusuf dan
Bunyamin. Rahil meninggal dunia sewaktu melahirkan Bunyamin.
Perkongsian hidup beliau bersama Sulfah, lahirlah dua lagi
waris yang bernama, Daan dan Naftali. Dan dengan Balhah,
mereka menimang dua lagi zuriat bernama, Yad dan Asyir.
Kesemua mereka dikenali sebagai Al Asbaath yang membawa maksud
qabilah Bani Israil, kerana setiap mereka mempunyai keturunan
yang ramai.
*** Perang Sabil.
Pada ketika itu peperangan tercetus di antara raja dan
keluarga Yaakub a.s. Putera Yaakub yang bernama Syam'um
berkata, " Ya Nabi Allah ! Saya akan bertanggungjawab jika
diizinkan oleh kamu untuk meruntuhkan benteng pertahanan
musuh. Serahkan kepadaku."
Tugas tersebut diserahkan kepada Syam'um. Sesudah mendapat
kebenaran Syam'um pergi menuju pintu pertahanan musuh. Beliau
membaca doa kepada Allah s.w.t. yang bermaksud,
" Ya Allah ! Bukakanlah bagi kami pintu ini dengan mudah dan
engkaulah, Ya Allah, sebaik-baik yang memberikan kemenangan.
Dengan nama Allah, selamatkanlah kami."
Syam'un menghentakkan kakinya terhadap benteng tersebut,
sehingga roboh dindingnya. Ramai di kalangan musuh mati
ditimpa benteng tersebut. Keadaan menjadi tegang, mereka
kebingungan dan huru-hara. Kemudian Nabi Yaakub tiba bersama-
sama putera-puteranya yang lain menuju benteng pertahanan
musuh yang telah hancur. Mereka memerangi dan mengalahkan raja
yang sombong itu. Hartanya dijadikan sebagai harta perang
(ghanimah).
Nabi Yaakub berhijrah ke Palestin untuk menemui bapa
saudaranya yang bernama "Laban." Beliau berjalan pada malam
hari dan beristirehat ketika hari siang. Oleh yang demikian
keluarga Yaakub dan keturunannya dikenali sebagai "Bani
Israil". Nabi Yaakub juga terkenal dengan nama Nabi Israil,
yang membawa maksud suka berjalan pada malam hari.
* Kisah Nabi Ya'qub Di Dalam Al Quran. *
Kisah Nabi Ya'qub tidak terdapat dalam Al Quran secara
tersendiri, namun disebut-sebut nama Ya'qub dalam hubungannya
dengan Ibrahim, Yusuf dan lain-lain nabi. Bahkan kisah ini
adalah bersumberkan dari kitab-kitab tafsir dan buku-buku
sejarah.
posted from Bloggeroid
No comments:
Post a Comment