Riwayat Nabi Nuh (003)...^^..
Nabi Nuh adalah nabi keEmpat sesudah Adam, Syith dan Idris dan
keturunan kesembilan dari Nabi Adam.
* Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya *
Nabi Nuh menerima wahyu keNabian dari Allah dalam masa
" fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya
manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang
dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali
berSyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran
dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses
tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah
mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung
yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya
sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat
serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan, berhala-
berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka
mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu
diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan
selera kebodohan mereka.
Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan
" Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya
dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ". Nabi Nuh berdakwah kepada
kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak
mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali
kepada Tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan
ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta
meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh
Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta
yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari,
bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan
kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-
tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup
kepada manusia, pergantian malam menjadi siang dan sebaliknya
yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya
keEsaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala
yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.
Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa
akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala
amalannya di dunia iaitu Syurga bagi amalan kebajikan dan
Neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah Agama yang
berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut
dimiliki oleh seorang nabi, Fasih dan Tegas dalam kata-
katanya, bijaksana dan Sabar dalam tindak-tanduknya
melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut,
mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata
yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-
pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima Hujah
dan Dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak
dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaga
berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan
dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam
dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka
ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima
dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut riwayatnya
tidak melebihi bilangan seratus( 100) orang Mereka pula
terdiri dari orang-orang yang Miskin berkedudukan sosial Lemah
dan Naif.
Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tinggi dan
terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar
dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai
Nabi Nuh serta mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak
merelakan melepas agama nenek moyang dan kepercayaan mereka
terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan
mengadakan rancangan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha
dakwah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh: " Bukankah engkau hanya
seorang daripada kami dan tidak berbeza daripada kami sebagai
manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang
rasul yang membawa perintahNya, nescaya Ia akan mengutuskan
seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan
kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau
hanya dapat diikuti orang-orang Rendah kedudukan sosialnya
seperti para buruh petani, orang-orang yang tidak
berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah
masyarakat.
Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak
mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu
secara membuta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan semasak-
masaknya kebenaran itu atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu.
Jika agama yang engkau bawa dan ajaran-ajaran yang engkau
sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah
dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang menGemis
seperti pengikut-pengikutmu itu.
Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir,
memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang
dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah
mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak
mempunyai kelebihan di atas kami tentang soal-soal
kemasyarakatan, pergaulan hidup kami juga jauh lebih baik dan
kami lebih mengetahui daripadamu tentang semua hal. Anggapan
kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau
adalah pendusta belaka."
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya: " Adakah
engkau mengira bahawa aku dapat memaksa kamu mengikuti
ajaranku atau mengira bahawa aku mempunyai kekuasaan untuk
menjadikan kamu orang-orang yang berIman jika kamu tetap
menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti
kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang
tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kebongkakan
kerana kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.
Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanat dan diberi
tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalahNya kepada kamu.
Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali
ke jalan yang Benar dan menerima agama Allah yang diutuskanNya
kepadaku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan
hukumanNya dan ganjaranNya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh
dan rasulNya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanatNya
kepada hamba-hambaNya.
Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni
dosamu atau menurunkan azab dan seksaanNya di atas kamu
sekalian jika dikehendakiNya. Dialah pula yang berkuasa
menurunkan seksa dan azabNya di dunia atau menangguhkannya
sampai hari kemudian(Kiamat). Dialah Tuhan pencipta alam
semesta ini, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan
Maha Penyayang."
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata: " Wahai Nuh !
Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan
dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa,
maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang
petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari
pengaulanmu kerana kami tidak dapat bergaul dengan mereka,
duduk berdampingan dengan mereka, mengikut cara hidup mereka
dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan.
Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyama
ratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan
pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang
berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata: " Risalah
dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada
pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya
mahupun miskin, majikan ataupun buruh , di antara penguasa dan
rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama
terhadap agama dan hukum Allah.
Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan
keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka
siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dakwahku
kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan
daripadaku orang-orang yang telah beriman dan menerima
dakwahku dengan penuh keyakinan dan keIkhlasan di kala kamu
menolaknya serta mengIngkarinya, orang-orang yang telah
membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan
merintangi dakwahku.
Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan
pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu
bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan
sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk
kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat diterima
oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnya kamu adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat."
Pada akhirnya, kerana merasa tidak berdaya lagi mengingkari
kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan
hujah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah
mereka:
" Wahai Nabi Nuh ! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat
dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah
menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak
akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami
sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah
dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami.
Datangkanlah kepada kami, apa yang engkau katakan, jika benar,
kamu orang yang menepati janji. Kami ingin melihat kebenaran
kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Kerana kami masih
tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."
* Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya.*
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus
lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan,
mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali
menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa serta
memimpin mereka keluar dari jalan yang Sesat dan gelap
ke jalan yang Benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum
syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya,
mengangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat
yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha
menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat
pada para pembesar kaumnya dan mendidik agar mereka berkasih
sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia.
Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak
berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan
menerima dakwahnya supaya kaumnya berIman, berTauhid dan
berIbadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya dan
tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah
melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat
tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi
pengHinaan, Ejekan dan Cercaan serta Makian kaumnya. Kerana ia
mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sedar
kesalahan diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran
dakwahnya.
Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari
makin berkurangan dan bahawa sinar Iman dan Takwa tidak akan
menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh
ajaran dan bisikan Iblis. Akhirnya, Nabi Nuh menerima
firman/arahan Allah yang bermaksud:
" Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya mengikutimu
dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman
lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati kerana apa
yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi
Nuh dari kaumnya dan habislah keSabarannya. Ia memohon kepada
Allah agar menurunkan AzabNya di atas kaumnya yang berkepala
batu seraya berseru: " Ya Allah ! Janganlah Engkau biarkan
seorang pun daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal
di atas bumi ini.
Mereka akan berusaha menyesatkan hamba-hambaMu, jika Engkau
biarkan mereka tinggal, mereka pasti akan melahirkan dan
menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak
yang kafir seperti mereka."
Doa Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah dan permohonannya
diluluskan dan dia tidak perlu lagi menghiraukan dan
mempersoalkan kaumnya, kerana mereka itu akan menerima hukuman
Allah dengan mati tenggelam.
* Nabi Nuh Membuat Kapal.*
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal,
segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai
mereka mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud
tersebut, kemudian dengan mengambil tempat yang agak jauh dari
kota dan bekerjalah orang berIman dengan rajin dan tekun
bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang
diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar
dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan
pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan
cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat
kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olokkan
dengan mengatakan:
" Wahai Nuh ! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan
pembuat kapal ? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut
pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan
pembuat kapal.
Dan kapal yang engkau buat itu berada di tempat yang jauh dari
air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah
mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut ?" Dan
lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap
dingin dan tersenyum seraya menjawab:
" Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekarang
mengejek dan mengolok-olokkan kami maka akan tibalah masanya
kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui
kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya
azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat
pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu
dari Allah: " Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba
perintahKu dan terlihat tanda-tanda daripadaKu maka segeralah
angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah
dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan
belayarlah dengan izinKu."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air
yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi
banjir besar yang melanda seluruh kota dan desa menenggelamkan
daratan yang rendah mahupun yang tinggi, mencapai puncak
bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang
dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh
dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang
diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan " Bismillah majraha wa mursaha" belayarlah
kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyelusuri lautan air,
menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala
ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal, terlihatlah orang-orang
kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha
menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam
mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan
cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang
bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah
olehnya, tubuh putera sulungnya yang bernama " Kan'aan" timbul
tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas
kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah
itu.
Pada saat itu, tanpa disedari, timbullah rasa cinta dan kasih
sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada
dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya
berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya: " Wahai
anakku ! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama
keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah
agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau
menjalani hukuman Allah. "
Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena
racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan
keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan
ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:
" Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung di atas bahtera kapalmu, aku akan dapat
menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit
yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."
Nuh menjawab: " Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang
dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami
di atas kapal ini. Tidak akan ada yang dapat melepaskan diri
dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-
orang yang memperolehi rahmat dan keampunanNya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan
disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan
mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut
kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya
dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah.
Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah: " Ya Tuhanku,
sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah
bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janjiMu adalah janji
benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."
Kepadanya Allah berfirman: " Wahai Nuh ! Sesungguhnya dia,
puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, kerana ia telah
menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak
dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada
kaummu. Terkeluarlah namanya dari daftar keluargamu.
Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu
dan beriman kepadaKu dapat engkau masukkan dan golongkan
ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan
perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun
orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu
dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah
mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan
walau mereka berada dipuncak gunung.
Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang
engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai
tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh segera tersedar setelah menerima teguran dari Allah
bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia
lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir
termasuk puteranya sendiri.
Ia sedar bahawa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya
untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh
perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya
padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus
mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda.
Dia sangat menyesal keatas kelalaian dan kealpaannya itu dan
menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan
berseru: " Ya Tuhanku, aku berlindung kepadaMu dari godaan
syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku
sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya.
Ya Tuhanku, bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah
serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang
yang rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis
binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak
dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian
bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan
perintah Allah kepada Nabi Nuh:
" Turunlah wahai Nuh ke darat, bersama para mukmin yang
menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari
sisiKu bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."
* Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran.*
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28
surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga
dalam surah " Hud" ayat 25 sehingga 49 yang mengisahkan dialog
Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta
keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.
* Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.*
Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena
ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan
pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan daripada
hubungan yang terjalin kerana ikatan darah atau kelahiran.
Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh
Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya kerana
ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang
dianuti dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada
di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam
Al-Quran yang bermaksud: " Sesungguhnya para mukmin itu adalah
bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w. yang
bermaksud:
" Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai
saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya
sendiri." Juga peribahasa yang berbunyi: " Adakalanya engkau
memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."
Nabi Nuh adalah nabi keEmpat sesudah Adam, Syith dan Idris dan
keturunan kesembilan dari Nabi Adam.
* Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya *
Nabi Nuh menerima wahyu keNabian dari Allah dalam masa
" fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya
manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang
dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali
berSyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran
dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses
tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah
mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung
yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya
sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat
serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan, berhala-
berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka
mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu
diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan
selera kebodohan mereka.
Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan
" Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya
dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ". Nabi Nuh berdakwah kepada
kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak
mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali
kepada Tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan
ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta
meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh
Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta
yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari,
bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan
kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-
tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup
kepada manusia, pergantian malam menjadi siang dan sebaliknya
yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya
keEsaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala
yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.
Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa
akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala
amalannya di dunia iaitu Syurga bagi amalan kebajikan dan
Neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah Agama yang
berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut
dimiliki oleh seorang nabi, Fasih dan Tegas dalam kata-
katanya, bijaksana dan Sabar dalam tindak-tanduknya
melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut,
mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata
yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-
pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima Hujah
dan Dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak
dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaga
berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan
dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam
dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka
ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima
dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut riwayatnya
tidak melebihi bilangan seratus( 100) orang Mereka pula
terdiri dari orang-orang yang Miskin berkedudukan sosial Lemah
dan Naif.
Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tinggi dan
terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar
dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai
Nabi Nuh serta mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak
merelakan melepas agama nenek moyang dan kepercayaan mereka
terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan
mengadakan rancangan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha
dakwah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh: " Bukankah engkau hanya
seorang daripada kami dan tidak berbeza daripada kami sebagai
manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang
rasul yang membawa perintahNya, nescaya Ia akan mengutuskan
seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan
kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau
hanya dapat diikuti orang-orang Rendah kedudukan sosialnya
seperti para buruh petani, orang-orang yang tidak
berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah
masyarakat.
Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak
mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu
secara membuta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan semasak-
masaknya kebenaran itu atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu.
Jika agama yang engkau bawa dan ajaran-ajaran yang engkau
sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah
dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang menGemis
seperti pengikut-pengikutmu itu.
Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir,
memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang
dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah
mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak
mempunyai kelebihan di atas kami tentang soal-soal
kemasyarakatan, pergaulan hidup kami juga jauh lebih baik dan
kami lebih mengetahui daripadamu tentang semua hal. Anggapan
kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau
adalah pendusta belaka."
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya: " Adakah
engkau mengira bahawa aku dapat memaksa kamu mengikuti
ajaranku atau mengira bahawa aku mempunyai kekuasaan untuk
menjadikan kamu orang-orang yang berIman jika kamu tetap
menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti
kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang
tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kebongkakan
kerana kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.
Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanat dan diberi
tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalahNya kepada kamu.
Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali
ke jalan yang Benar dan menerima agama Allah yang diutuskanNya
kepadaku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan
hukumanNya dan ganjaranNya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh
dan rasulNya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanatNya
kepada hamba-hambaNya.
Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni
dosamu atau menurunkan azab dan seksaanNya di atas kamu
sekalian jika dikehendakiNya. Dialah pula yang berkuasa
menurunkan seksa dan azabNya di dunia atau menangguhkannya
sampai hari kemudian(Kiamat). Dialah Tuhan pencipta alam
semesta ini, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan
Maha Penyayang."
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata: " Wahai Nuh !
Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan
dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa,
maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang
petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari
pengaulanmu kerana kami tidak dapat bergaul dengan mereka,
duduk berdampingan dengan mereka, mengikut cara hidup mereka
dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan.
Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyama
ratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan
pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang
berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata: " Risalah
dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada
pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya
mahupun miskin, majikan ataupun buruh , di antara penguasa dan
rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama
terhadap agama dan hukum Allah.
Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan
keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka
siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dakwahku
kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan
daripadaku orang-orang yang telah beriman dan menerima
dakwahku dengan penuh keyakinan dan keIkhlasan di kala kamu
menolaknya serta mengIngkarinya, orang-orang yang telah
membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan
merintangi dakwahku.
Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan
pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu
bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan
sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk
kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat diterima
oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnya kamu adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat."
Pada akhirnya, kerana merasa tidak berdaya lagi mengingkari
kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan
hujah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah
mereka:
" Wahai Nabi Nuh ! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat
dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah
menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak
akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami
sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah
dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami.
Datangkanlah kepada kami, apa yang engkau katakan, jika benar,
kamu orang yang menepati janji. Kami ingin melihat kebenaran
kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Kerana kami masih
tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."
* Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya.*
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus
lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan,
mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali
menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa serta
memimpin mereka keluar dari jalan yang Sesat dan gelap
ke jalan yang Benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum
syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya,
mengangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat
yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha
menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat
pada para pembesar kaumnya dan mendidik agar mereka berkasih
sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia.
Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak
berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan
menerima dakwahnya supaya kaumnya berIman, berTauhid dan
berIbadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya dan
tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah
melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat
tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi
pengHinaan, Ejekan dan Cercaan serta Makian kaumnya. Kerana ia
mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sedar
kesalahan diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran
dakwahnya.
Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari
makin berkurangan dan bahawa sinar Iman dan Takwa tidak akan
menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh
ajaran dan bisikan Iblis. Akhirnya, Nabi Nuh menerima
firman/arahan Allah yang bermaksud:
" Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya mengikutimu
dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman
lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati kerana apa
yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi
Nuh dari kaumnya dan habislah keSabarannya. Ia memohon kepada
Allah agar menurunkan AzabNya di atas kaumnya yang berkepala
batu seraya berseru: " Ya Allah ! Janganlah Engkau biarkan
seorang pun daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal
di atas bumi ini.
Mereka akan berusaha menyesatkan hamba-hambaMu, jika Engkau
biarkan mereka tinggal, mereka pasti akan melahirkan dan
menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak
yang kafir seperti mereka."
Doa Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah dan permohonannya
diluluskan dan dia tidak perlu lagi menghiraukan dan
mempersoalkan kaumnya, kerana mereka itu akan menerima hukuman
Allah dengan mati tenggelam.
* Nabi Nuh Membuat Kapal.*
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal,
segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai
mereka mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud
tersebut, kemudian dengan mengambil tempat yang agak jauh dari
kota dan bekerjalah orang berIman dengan rajin dan tekun
bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang
diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar
dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan
pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan
cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat
kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olokkan
dengan mengatakan:
" Wahai Nuh ! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan
pembuat kapal ? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut
pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan
pembuat kapal.
Dan kapal yang engkau buat itu berada di tempat yang jauh dari
air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah
mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut ?" Dan
lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap
dingin dan tersenyum seraya menjawab:
" Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekarang
mengejek dan mengolok-olokkan kami maka akan tibalah masanya
kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui
kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya
azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat
pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu
dari Allah: " Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba
perintahKu dan terlihat tanda-tanda daripadaKu maka segeralah
angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah
dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan
belayarlah dengan izinKu."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air
yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi
banjir besar yang melanda seluruh kota dan desa menenggelamkan
daratan yang rendah mahupun yang tinggi, mencapai puncak
bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang
dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh
dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang
diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan " Bismillah majraha wa mursaha" belayarlah
kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyelusuri lautan air,
menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala
ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal, terlihatlah orang-orang
kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha
menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam
mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan
cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang
bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah
olehnya, tubuh putera sulungnya yang bernama " Kan'aan" timbul
tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas
kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah
itu.
Pada saat itu, tanpa disedari, timbullah rasa cinta dan kasih
sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada
dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya
berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya: " Wahai
anakku ! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama
keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah
agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau
menjalani hukuman Allah. "
Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena
racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan
keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan
ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:
" Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung di atas bahtera kapalmu, aku akan dapat
menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit
yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."
Nuh menjawab: " Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang
dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami
di atas kapal ini. Tidak akan ada yang dapat melepaskan diri
dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-
orang yang memperolehi rahmat dan keampunanNya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan
disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan
mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut
kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya
dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah.
Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah: " Ya Tuhanku,
sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah
bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janjiMu adalah janji
benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."
Kepadanya Allah berfirman: " Wahai Nuh ! Sesungguhnya dia,
puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, kerana ia telah
menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak
dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada
kaummu. Terkeluarlah namanya dari daftar keluargamu.
Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu
dan beriman kepadaKu dapat engkau masukkan dan golongkan
ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan
perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun
orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu
dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah
mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan
walau mereka berada dipuncak gunung.
Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang
engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai
tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh segera tersedar setelah menerima teguran dari Allah
bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia
lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir
termasuk puteranya sendiri.
Ia sedar bahawa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya
untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh
perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya
padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus
mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda.
Dia sangat menyesal keatas kelalaian dan kealpaannya itu dan
menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan
berseru: " Ya Tuhanku, aku berlindung kepadaMu dari godaan
syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku
sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya.
Ya Tuhanku, bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah
serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang
yang rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis
binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak
dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian
bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan
perintah Allah kepada Nabi Nuh:
" Turunlah wahai Nuh ke darat, bersama para mukmin yang
menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari
sisiKu bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."
* Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran.*
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28
surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga
dalam surah " Hud" ayat 25 sehingga 49 yang mengisahkan dialog
Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta
keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.
* Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.*
Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena
ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan
pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan daripada
hubungan yang terjalin kerana ikatan darah atau kelahiran.
Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh
Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya kerana
ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang
dianuti dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada
di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam
Al-Quran yang bermaksud: " Sesungguhnya para mukmin itu adalah
bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w. yang
bermaksud:
" Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai
saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya
sendiri." Juga peribahasa yang berbunyi: " Adakalanya engkau
memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."
posted from Bloggeroid
No comments:
Post a Comment