Wednesday 29 April 2015

Kitab Karangan Imam Malik, Al Muwatta...^^..

Kitab Karangan Imam Malik, Al Muwatta...^^..

* Imam Malik.*

Kitab Al Muwatta adalah sebuah kitab yang lengkap
penyusunannya selain dari kitab “ Al Majmu” karangan Zaid.
Perkataan Al Muwatta (Dinamakan Al Muwatta, karena Al Mansur
ingin jadikan kitab itu sebuah kitab yang sederhana) ialah
jalan yang mudah yang disediakan untuk ibadat, ia adalah
sebuah kitab yang paling besar sekali yang ditulis oleh Imam
Malik.

Sebab yang mendorong kepada penyusunannya ialah disebabkan
timbulnya pendapat-pendapat penduduk Irak dan orang-orang yang
tidak bertanggung jawab, dan disebabkan kelemahan ingatan dan
riwayat, oleh karena itu lebih nyatalah tuntutan kepada
penyimpanan dan menyalinnya supaya ilmu-ilmu tidak hilang atau
dilupakan.

Kitab Al Muwatta berisikan hadits-hadits dan pendapat para
sahabat Rasulullah dan juga pendapat-pendapat tabi’in.
Sebagaimana telah disebutkan, Abu Ja'far Al Mansur adalah Sorang
yang mendorong kepada penyusunan kitab Al Muwatta karena
beliau pernah berkata.

" Susunkan sebuah kitab untuk manusia, aku akan mengajarkan
kepada mereka." Abu Al Mansur telah mengulangi permintaannya.
Beliau berkata, " Susunkan kitab, tidak ada pada hari ini
orang yang lebih alim dari engkau." Imam Malik pun menyusun
kitab “ Al Muwatta”.

Menurut riwayat yang lain pula bahwa Al Mansur berkata kepada
Imam Malik, " Hai Abu Abdullah jadikan semua ilmu itu satu
ilmu saja." Malik berkata kepada Al Khalifah, " Sesungguhnya
sahabat-sahabat Rasulullah memberi fatwa mengikuti
pendapatnya. Dan bahwa bagi penduduk negeri ini " Mekah" satu
pendapat, penduduk " Madinah" pula ada satu pendapat dan bagi
penduduk Irak juga ada pendapat. Tiap-tiap golongan itu telah
menemui kewajiban mereka masing-masing.

Abu Ja'far berkata, " Ada pun orang-orang Irak, aku tidak
menerima taubat atau tebusan. Tetapi ilmu yang benar ialah
ilmu penduduk Madinah maka oleh karena itu susunlah ilmu untuk
manusia."

Malik berkata, " Sebenarnya orang-orang Irak tidak menerima
pendapat kita." Abu Ja’far menjawab, " Mereka boleh diperangi
dan boleh dipukul."

Tujuan khalifah berkata demikian ialah untuk menyatukan
masalah-masalah dan hukum-hukum di seluruh negara-negara Islam
pada masa itu, yaitu pada tahun 148 Hijriah.

Imam Malik menulis kitabnya dengan bermacam-macam bidang ilmu
agama seperti ilmu hadits dan pendapat-pendapat penduduk
Madinah. Beliau berusaha dengan tabah untuk mengarang kitab
Al Muwatta sehingga tahun 159 Hijriah. Diceritakan bahwa Imam
Malik berusaha dan memperbaharui serta mendalami untuk
menyiapkan kitab Al Muwatta selama 40 tahun. Khalifah
Al Mansur meninggal dunia sebelum kitab Muwatta selesai
dikarang.

Imam malik mengambil pendapat-pendapat yang disepakati, dan
beliau mengkritik rawi-rawi dengan halus dan mendalam, beliau
pernah berkata, " Ilmu tidak harus diambil atau dipelajari
dari empat orang dan harus dipelajari dari mereka yang lain
dari itu. Orang bodoh, orang yang budi pekertinya tidak baik
dan suka mengada-ada, suka membohongi atau mendustai, sekali
pun ia tidak membuat fitnah terhadap hadits-hadits Rasulullah
dan seorang guru yang baik dan mulia perangai dan beribadat
tetapi ia tidak mengetahui kebenaran apa yang dipercayai
kemudian ia mengajar kepada orang lain."

Imam Malik berkata lagi, " Aku mengetahui bahwa di negeri ini
terdapat beberapa kaum, juga meminta hujan mereka akan diberi
minum, mereka telah mendengar dan mempelajari hadits-hadits
dengan banyak, tetapi aku tidak mengambil satu hadits pun dari
mereka itu, karena mereka menetapkan diri mereka dengan takut
kepada Allah sedangkan perkara ini “ Riwayat hadits” dan fatwa
berkehendak kepada seorang lelaki yang bersifat takwa, alim
pemeliharaan, tekun, ilmu dan pahaman.

Justru itu ia dapat mengetahui apa yang keluar dari kepalanya
dan apa yang sampai ke dalam kepalanya, orang yang tidak ada
ketekunan dan tidak ada makrifat maka orang itu tidak boleh
diambil faedah dan ia tidak boleh menjadi hujjah dan tidak
boleh dipelajari daripadanya.

Harun Ar Rasyid menganjurkan supaya Malik menggantungkan kitab
Al Muwatta di Ka’bah karena memuliakan dan menyatukan manusia,
tetapi Imam Malik tidak setuju dan berkata,

" Wahai Amirul mukminin, menggantung kitab Al Muwatta
di Ka’bah itu, sahabat-sahabat Rasulullah berselisih tentang
masalah fura’ dan mereka telah berpindah ke negeri-negeri yang
jauh dan tiap-tiap seorang itu ada masalah tersendiri.

Malik menguatkan pendapatnya dengan katanya bahwa perselisihan
di antara fuqaha adalah rahmat, beliau berkata kepada
Ar Rasyid,

" Wahai Amirul mukminin, sesungguhnya perselisihan antara
ulama itu adalah rahmat dari Allah swt. kepada umat ini. Tiap-
tiap seorang hendaklah menuruti apa yang benar di sisi mereka
dan semua. Mereka mendapat petunjuk dan semuanya adalah atas
kehendak Allah."

Patut diingatkan bahwa kitab Al Muwatta bukanlah sebuah kitab
hadits sebagaimana yang diketahui, tetapi ia adalah sebuah
kitab fiqih. Cita-cita Imam Malik ialah untuk menerangkan kata
sepakat orang Madinah atau dengan kata lain ilmu fiqih
madinah.

Banyak disebutkan fatwa imam-imam dalam hukum yang ada, atau
hukum-hukum tanggapan. Dihimpunkan di dalamnya dalil Sunnah
dari Madinah dan juga disinggung masalah hukum fiqih
berasaskan padanya karena perbuatan atau muamalat orang-orang
Madinah adalah mendapat penilaian yang baik di sisi Imam Malik
sebagaimana yang telah kita ketahui.

Imam malik menjadikan kitab Al Muwatta sebagai penjelasan
terhadap hadits dari segi ilmiah dan Malik menggunakan
pendapatnya jika ia tidak menemui hadits-hadits. Untuk lebih
jelas, marilah kita melihat bagaimana cara Imam Malik dalam
memberikan penjelasan yang berhubungan dengan kitab
Al Muwatta,

" Kebanyakan kandungan kitab adalah pendapat, demi umurku ia
bukanlah pendapat, tetapi ia adalah pungutan dari beberapa
orang ahli ilmu, orang-orang yang mulia, dan imam yang diikuti
orang banyak yang aku ambil dari mereka. Mereka itu sangat
takut kepada Allah, oleh karena terlalu banyak aku katakan
pendapat ku karena pendapat mereka adalah pendapat sahabat-
sahabat yang mereka berkesempatan menemuinya dan aku sempat
menemui mereka.

Dalam hal itu maka ini adalah pusaka yang dipusakai mereka
dari abad ke abad sehinggalah sampai sekarang ini. Dan tiap-
tiap pendapat itu merupakan satu pendapat segolongan dari
imam-imam.

Dan tiap-tiap perkara yang disepakati merupakan perkara-
perkara yang disetujui oleh ahli fiqih dan ilmu. Dan tiap-tiap
perkataan yang aku katakan, " Hukum ini mengikuti pendapat
kami, maka ia adalah perkara yang dibuat oleh orang bersama-
sama kami dan telah dijalankan mengikuti hukum ‘am dan khas,
dan begitu juga apa yang aku katakan di negeri kami.

Dan apa yang kukatakan, " Setengah dari penduduknya maka ia
adalah satu perkara yang kuperbaikinya dari pendapat para
ulama."

Pendapat yang tidak kudapati dari mereka maka aku berijtihad
dan aku selidiki pendapat mazhab yang aku temui sehingga
semuanya menjadi benar atau hampir dengan hak. Sehingga tidak
keluar dari mazhab ahli Madinah dan pendapat-pendapat mereka.

Dan jika aku tidak pernah mendengar pendapat itu, aku
kembalikan pendapat itu kepada jauhnya ijtihad dari As Sunnah.
Dan perkara-perkara yang telah diamalkan oleh ahli ilmu yang
diikuti dan perkara-perkara yang dibuat di sisi kami sejak
dari zaman hidup Rasulullah dan Imam-imam Ar Rasyidin serta
orang-orang yang aku temui mereka. Itulah pendapat mereka, aku
tidak sekali-kali keluar kepada yang lain."

Imam Syafii menyifatkan kitab Al Muwatta, " Tidak ada satu
kitab pun di atas muka bumi ini yang lebih banyak kebenarannya
dari kitab Al Muwatta Imam Malik."

Imam Nawawi menceritakan pendapat yang tersebut di atas
kemudian ia menambahkan kata-katanya, " Ulama berkata, " Imam
Syafi’i berkata demikian sebelum ada kitab Sahih Bukhari dan
Muslim dan kedua kitab ini lebih benar dari kitab Al Muwatta
menurut kesepakatan seluruh para ulama."

Kitab Al Muwatta mendapat perhatian serius dari segi hadits-
hadits dan rawi-rawi maupun penyusunnya sehingga bilangan
mereka itu meningkat 90 orang.

Beberapa banyak syair telah disusun untuk memuji kitab
Al Muwatta di antaranya ialah,

" Seandainya engkau ingin disebut seorang alim, Maka
janganlah engkau jauhkan dari ilmu-ilmu " Yathrib". Apakah
engkau ingin meninggalkan sebuah negeri, di mana rumahnya.

Diulang-alik oleh Malaikat Jibril ?

Di sana Rasulullah meninggal dunia,

Dengan ajaran-ajarannya sahabat-sahabat ikut berbicara tentang
ilmu, pengetahuan telah pecah dikalangan pengikut-pengikutnya.

Tiap orang ada mazhab ikutannya.

Imam Malik menyusunnya dengan baik untuk manusia.

Dari keterangan dan kajian yang benar dan baik.

Bacalah kitab Al Muwatta Imam Malik sebelum terlewat.

Maka tidak ada selepasnya untuk kebenaran yang dicari, dan
carilah dari Muwatta tiap-tiap ilmu yang engkau sukai.

Karena Al Muwatta adalah matahari dan yang lain bulan siapa
yang tidak menyimpan kitab Al Muwatta di rumahnya.

Maka rumah itu akan jauh dari petunjuk, semoga Allah memberi
ganjaran kepada Malik dengan keberkatan Al Muwatta.

Dengan sebaik-baik ganjaran yang diberikan kepada seorang yang
sangat mulia.

Ahli ilmu menjadi mulia di masa hidup dan mati.

Mereka dijadikan perumpamaan untuk manusia."

Banyak lagi kitab Imam Malik selain dari kitab Al Muwatta
di antaranya, " Tafsir Gharibil Quran Risalah fir Rad ‘alal
qadariyyah, Risalah fil Akdiyyah, Risalah fil fatwa ila abi
Ghassan, Kitabussurur, Risalah kepada Ar Rasyid fil azab wal
Mawa’iz. Kitab An Nujum wa Hisab madaruz Zaman wa manazilul
kamar. Kitabussiyar dan juga Risalah kepada Al Laith bin Saad.

5000 Hadits, Sebagian ulama menghitungnya berjumlah 600 hadits
musnad, 222 hadits mursal, 613 hadits mauquf, 285 perkataan
tabi’in, disamping itu ada 61 hadits tanpa penyandaran, hanya
dikatakan " telah sampai kepadaku" dan " dari orang
kepercayaan."

posted from Bloggeroid

Mengapa Perlu BerSedih, Allah Kan Ada !

Mengapa Perlu BerSedih, Allah Kan Ada !

Bila manusia berkata yang tidak baik tentang kita...

Memang kita akan terLuka.
Memang kita akan teRasa.
Memang kita akan Sakit.
Memang kita akan Merana.
Memang kita akan menDerita.

Tapi, cuba fikir satu persatu.

Adakah apa yang mereka katakan itu seratus peratus benar
tentang kita ?. Enak sangatkah " cerita" mereka itu sehingga
orang lain akan mempercayainya membuta tuli ?. Sejauh mana
kebenaran dalam kata-kata yang tidak baik itu terhadap kita ?
Rasa-rasa, sampai bila orang-orang sebegitu akan bertahan
untuk terus dan terus memperkatakan tentang kita ?. Mereka itu
tiada pernah buat salah ke, sehingga asyik melihat salah orang
lain je ?

Mereka itu adalah manusia. Manusia adalah hamba Allah. Tiada
satu manusia pun yang sempurna melainkan Baginda SAW. Manusia
ini sering diliputi dosa sama ada disedari atau tidak
disedari, disengajakan atau tidak sengaja. Dan setiap manusia
itu memang ada kekurangan dan kelemahan. Begitu juga dengan
kelebihan.

Tapi, kekurangan itu perlu diBaiki. Kelebihan itu perlu
di Syukuri. Ingat sentiasa bahawa kekurangan manusia perlu
kita terima. Kerana apa ? Kerana kita manusia. Kita semua
adalah sama.

Taraf kita sama. Takkan melebihi sesiapa. Terima kekurangan
itu. Jalan terbaik adalah berDiam Diri. Dan doakan mereka-
mereka itu. Semoga Allah melimpahi Nur dan HidayahNya untuk
mengUpgrade kekurangan tersebut ke arah keBaikan.

Itu kisah " mereka yang lain." Kisah kita ? Kita yang
menghadapi kata-kata tidak baik itu, bagaimana pula ?
Muhasabah diri semula.

Apa yang kita buat selama kita hidup ini, sebab orang-orang
yang berkata itu ke ? Atau sebenarnya, kita buat sesuatu itu
kerana Allah semata-mata ? Hidup kita ini berpaksikan kepada
siapa sebenarnya ? Allah atau manusia ?

Kita ini ingin dapatkan redha Allah atau redha manusia ? Kalau
kita nak berubah sesuatu ke arah kebaikan, kita perlu minta
kekuatan dari Allah atau hamba Allah ? Niat kita sepanjang
hidup ini adalah untuk apa ?

Allah yang mencipta kita. Dialah yang menghidupkan roh kita.
Dialah yang berkuasa ke atas sesuatu. Dialah Pemilik Kerajaan
Langit dan Bumi. Dia tidak lain adalah Tuhan kita (Allah).
Hanya Dia yang layak disembah. Jadi, alasan apa yang kita
ingin gunakan untuk melakukan sesuatu tanpa berniatkan
Lillahi Ta'ala ?

Inna a'malu binniat, " Sesungguhnya, segalanya bergantung
kepada niat. Apa yang kita lakukan hendaklah dipasang dengan
niat kerana Allah." Apa-apapun, yang pertama tetap Allah.

" Kenapa perlu kecewa apabila ada orang negatif dengan kita ?
Apakah kita bekerja kerana mereka ?" Hilal Asyraf*

Apa yang kita dapat melalui kata-kata penulis terkenal ini ?
Fikir, tanya hati kita sendiri. Tujukan persoalan itu terhadap
diri kita sendiri. Hidup kita ini perlu sentiasa bermuhasabah.
Fikir, fikir dan fikirkan sesuatu itu secara positif dan
berhikmah.

Pujuklah hati. Jangan biarkan hati itu terus merana kerana
kata-kata tidak baik daripada mereka. Sabarlah. Allah itu
bersama orang-orang yang sabar. Setiap satu yang berlaku pasti
ada hikmah. Hikmah itu rahsia Dia. Kita mencari dan menanti
dengan doa. Sesungguhnya, Doa itu senjata orang Islam mukmin.

@Ingatlah
*

Kita lebih tahu siapa diri kita. Mereka tidak.
Kita lebih faham diri kita. Mereka tidak.
Kita lebih kenal diri kita. Mereka tidak.

Dan yang paling penting, Allah itu lebih memahami kita. Dia
faham kita lebih daripada apa yang kita faham tentang diri
kita. Jadi, perlukah kita putus asa atas rahmat Allah ? Allah
itu ada. Jangan sia-siakan kewujudan Tuhan Yang Maha Adil itu.

Kita hamba Dia. Serahkanlah diri padaNya. Dia Pengubat
Kelemahan. Dia jugalah Pemberi Kegembiraan. Ketenangan itu ada
pada Dia. Perlukah kita untuk tidak mencari ? " Allah kan
ada !"

" If Allah is your friend, who dares to be your enemy ?"

posted from Bloggeroid

La Tahzan[Jangan Bersedih], Karangan Dr. Aidh al Qarni, Bab 1, Ya Allah !...^^..

La Tahzan[Jangan Bersedih], Karangan Dr. Aidh al Qarni, Bab 1,
Ya Allah !...^^..

" Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta padaNya.
Setiap waktu Dia dalam kesibukan."
(Surah ArRahman: 29)

Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup
kencang menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan
menyeru, " Ya Allah !"

Ketika seseorang tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan
menyimpang jauh dari jalurnya, dan para kafilah bingung
menentukan arah perjalanannya, mereka akan menyeru,
" Ya Allah !"

Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi,
mereka yang tertimpa akan selalu berseru, " Ya Allah !"

Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir
permohonan digeraikan, orang-orang mendesah, " Ya Allah !"

Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa
menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu,
mereka pun menyeru, " Ya Allah !"

Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan
hidup, dan jiwa serasa tertekan oleh beban berat kehidupan
yang harus Anda pikul, menyerulah, " Ya Allah !"

Kuingat Engkau saat alam begitu gelap gulita, dan wajah zaman
berlumuran debu hitam Kusebut namaMu dengan lantang di saat
fajar menjelang, dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman
indah Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur,
air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang
menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas ditujukan ke
hadiratNya.

Setiap dini had menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan,
julurkan lengan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu
ke arahNya untuk memohon pertolongan ! Ketika lidah bergerak,
tak lain hanya untuk menyebut, mengingat dan berdzikir dengan
namaNya.

Dengan begitu, hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak
lagi menegang, dan iman kembali berkobar-kobar. Demikianlah,
dengan selalu menyebut namaNya, keyakinan akan semakin kokoh.
Karena,

" Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya."
(Surah Asy Syura: 19)

Allah, nama yang paling bagus, susunan huruf yang paling
indah, ungkapan yang paling tulus, dan kata yang sangat
berharga.

" Apakah kamu tahu ada seseorang yang sama dengan Dia (yang
patut disembah)." (Surah Maryam: 65)

Allah, milikNya semua kekayaan, keabadian, kekuatan,
pertolongan, kemuliaan, kemampuan, dan hikmah.

" Milik siapakah kerajaan pada hari ini ? Milik Allah Yang
Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Surah Ghafir: 16)

Allah, dariNya semua kasih sayang, perhatian, pertolongan,
bantuan, cinta dan kebaikan.

" Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah.
(datangnya)." (Surah An Nahl:53)

Allah, pemilik segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan
keperkasaan.

" Betapapun kulukiskan keagunganMu dengan deretan huruf,
KekudusanMu tetap meliputi semua arwah. Engkau tetap Yang Maha
Agung, sedang semua makna, akan lebur, mencair, di tengah
keagunganMu, wahai Rabku

Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan
kesedihan itu awal kebahagian, dan sirnakan rasa takut ini
menjadi rasa tentram. Ya Allah, dinginkan panasnya kalbu
dengan salju keyakinan, dan padamkan bara jiwa dengan air
keimanan.

Wahai Rabb, anugerahkan pada mata yang tak dapat terpejam ini
rasa kantuk dariMu yang menentramkan. Tuangkan dalam jiwa yang
bergolak ini kedamaian. Dan, ganjarlah dengan kemenangan yang
nyata. Wahai Rabb, tunjukkanlah pandangan yang kebingungan ini
kepada cahayaMu. Bimbinglah sesatnya perjalanan ini ke arah
jalanMu yang lurus. Dan tuntunlah orang-orang yang menyimpang
dari jalanMu merapat ke hidayahMu.

Ya Allah, sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti datang
dan memancar terang, dan hancurkan perasaan yang jahat dengan
secercah sinar kebenaran. Hempaskan semua tipu daya setan
dengan bantuan bala tentaraMu.

Ya Allah, sirnakan dari kami rasa sedih dan duka, dan usirlah
kegundahan dari jiwa kami semua."

" Kami berlindung kepadaMu dari setiap rasa takut yang
mendera. Hanya kepadaMu kami bersandar dan bertawakal. Hanya
kepadaMu kami memohon, dan hanya dariMu lah semua pertolongan.
Cukuplah Engkau sebagai Pelindung kami, karena Engkaulah
sebaik-baik Pelindung dan Penolong.

posted from Bloggeroid

Monday 20 April 2015

Riwayat Nabi Ibrahim (006) +++ Plusss Info...^^..

Riwayat Nabi Ibrahim (006) +++ Plusss Info...^^..


Tinggalan kenangan Kota Babylon lama, yang Hilang akibat
Peperangan dan dimakan arus Zaman...

* Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-Hidup. *

Kekalahan Raja Namrud dalam berdebat dengan Nabi Ibrahim a.s.
malah mengundang kemurkaannya yang lebih besar. Dengan segera
ia memerintahkan tentaranya untuk menghukum Nabi Ibrahim
dengan hukuman yang seberat-beratnya. Demikianlah, Nabi
Ibrahim menjalani hukuman mati dengan jalan dibakar hidup-
hidup.

Api dinyalakan besar sekali dengan kayu hidup sebagai bahan
bakarnya. Nabi Ibrahim a.s. diikat dan diletakkan dalam
tumpukan kayu itu. Namun dengan izin Allah s.w.t. dan
kuasaNya, api tidak membakar Nabi Ibrahim. Ia selamat dan
tidak terluka sedikit pun.

Firman Allah s.w.t., " Kami berfirman, " Hai api, menjadi
dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim."
(Surah Al Anbiya: 69).

Menyaksikan perisitiwa pembakaran Nabi Ibrahim, Raja Namrud
dan para pengikutnya tertawa dengan penuh rasa puas. Mereka
mengira bahwa pasti Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu
di tengah tumpukan kayu bakar yang menyala dahsyat itu.

Tetapi, betapa terkejutnya mereka demi melihat keajaiban yang
terjadi setelah api itu padam. Nabi Ibrahim a.s. tiba-tiba
berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat
tanpa luka sedikit pun. Lalu beliau pergi meninggalkan mereka.

Sejak kejadian itu, Nabi Ibrahim a.s. berhijrah ke negeri
Kan'an (Palestina) dan di tanah suci (Baitul Maqdis)
di situlah beliau hidup dan berketurunan.

* Dialog Raja Namrud Dengan Nabi Ibrahim a.s.*

" Apakah fitnah yang telah engkau sebarkan kepada rakyatku
sehingga mereka tidak lagi mempercayai aku sebagai tuhan
mereka ? Kau tidak nampakkah aku berkuasa mengatur kerajaan
aku ? Menetap dan membatal sesuatu mengikut kehendakku ?"

" Wahai Namrud ! Aku tidak memfitnah. Aku hanya mengajak kamu
semua menyembah Allah, Tuhan sekalian alam, yang mencipta,
menghidupkan dan mematikan kita semua."

" Aku pun boleh menghidupkan dan mematikan !" " Bagaimana ?"

" Ha,ha,ha ! Bukankah aku berkuasa membebaskan orang-orang
yang sepatutnya dijatuhkan hukuman pancung kepala. Orang lain
tiada kuasa melakukan begitu. Itulah namanya menghidupkan !"

" Wahai Namrud ! Tuhanku telah mencipta matahari, dan
menerbitkannya setiap pagi dari Timur, dan menenggelamkannya
setiap petang di barat. Oleh kerana engkau juga tuhan, maka
bolehlah engkau naikkan matahari ciptaan Tuhanku dari barat
ke timur pula !"

Namrud, * Speechless * . Akhirnya kerana malu, Namrud
menghalau Nabi Ibrahim keluar dari Babylon. Nabi Ibrahim pun
pergi merantau ke negeri Syam. Sebelum itu dia singgah
di sebuah negeri bernama Harran.

* Pertemuan Nabi Ibrahim a.s. Dengan Isterinya,
Siti Sarah.
*

Puteri Sarah, anak Raja Harran merupakan seorang yang sangat
jelita sehingga menjadi rebutan jejaka-jejaka di negerinya,
malah di negeri-negeri lain. Walau bagaimanapun, Puteri Sarah
tidak berkenan kepada seorang pun, sehinggalah dia ternampak
Nabi Ibrahim yang sedang duduk berteduh di bawah pokok.

Puteri Sarah melihat tempat berteduh Nabi Ibrahim itu
bercahaya dan bergemelapan. Wajah Nabi Ibrahim juga sangat
indah dan menyebabkan Puteri Sarah jatuh cinta kepada baginda.

Puteri Sarah menghulurkan buah limau kepada Nabi Ibrahim.
Huluran itu disambut oleh baginda. Inilah simbolik bahawa
baginda menerima cinta sang puteri.

* Nabi Ibrahim a.s. Ke Negeri Sham Bersama Isteri.*

Setelah bernikah, Nabi Ibrahim a.s. memaklumkan kepada isteri
yang sangat dicintainya bahawa baginda mempunyai tugas yang
sangat besar, iaitu sebagai seorang Nabi dan Rasul yang
menegakkan agama Allah di muka bumi. Oleh itu, baginda perlu
ke negeri Syam untuk melaksanakan tanggungjawab baginda.

Atas dasar cinta yang sangat mendalam dan tidak sanggup untuk
berpisah, Puteri Sarah rela meninggalkan segala kemewahan yang
dimilikinya demi mengikuti suaminya mengembara dan berdakwah.
(Sungguh sweet kan, huhu). Keputusan Puteri Sarah ini
dipersetujui oleh ayahandanya Raja Khazan.

Ketika sampai ke negeri Syam, Nabi Ibrahim dan Siti Sarah
mendapati negeri itu berada dalam keadaan yang buruk. Tanaman-
tanaman di sana banyak yang rosak. Kebanyakan penduduk Syam
meninggalkan negeri ini kerana tidak mampu untuk hidup
di negeri yang berkeadaan sebegini. Nabi Ibrahim juga melalui
sebuah negeri bernama Khamsas yang terletak di bawah jajahan
Mesir.

* Siti Sarah Cuba Diperkosa Oleh Raja Mesir.*

Raja Mesir diketahui sebagai seorang yang kejam dan suka
menganiaya rakyatnya. Dia suka merampas harta rakyat,
di samping merampas isteri orang dan membunuh suaminya.
Disebabkan Siti Sarah seorang yang sangat jelita, maka Nabi
Ibrahim bimbang Raja Mesir akan mengapa-apakan isterinya
apabila terserempak nanti.

Dengan itu Nabi Ibrahim telah menyembunyikan Siti Sarah
di dalam sebuah peti kayu yang diletakkan di belakang badan
unta baginda.

Kehadiran Nabi Ibrahim menarik perhatian orang ramai termasuk
para pengawal dan polis sempadan kerajaan Mesir. Para pengawal
telah menahan Nabi Ibrahim dan baginda dibawa menghadap Raja
Mesir.

Bertanya sang raja, " Wahai orang muda ! Apakah barang yang
terdapat di dalam peti itu ?"

" Seorang perempuan," jawab Nabi Ibrahim dengan jujur. Ini
disebabkan Nabi Ibrahim yakin kalau baginda berbohong
sekalipun, Raja Mesir itu tetap akan membuka peti tersebut.

Maka tiada gunanya baginda menipu. Tambahan pula, Nabi Ibrahim
yakin Allah s.w.t. akan melindungi baginda dan isteri baginda
dari segala kecelakaan.

Raja Mesir yang gatal itu pula berasa gembira apabila
mendengar jawapan Nabi Ibrahim. Setelah peti dibuka,
bertambah-tambah lagilah kegembiraan sang raja apabila melihat
Siti Sarah yang tidak terperi cantiknya itu.

Bertanya dia kepada Nabi Ibrahim, " Hai orang musafir ! Apakah
ini isterimu ?"

" Dia adalah saudaraku," Nabi Ibrahim berbohong atas dasar
bermualat, tapi sebenarnya baginda tidak berdusta dari segi
hakikat. Kerana baginda maksudkan saudara dalam agama, bukan
saudara kandung. Walau bagaimanapun Raja Mesir tetap merampas
Siti Sarah, tetapi tidak membunuh Nabi Ibrahim kerana baginda
'bukan' suami Siti Sarah. Siti Sarah dibawa ke bilik khas
dalam istana, manakala Nabi Ibrahim dihumbankan ke dalam
penjara.

Nabi Ibrahim berasa sangat dukacita mengenangkan isterinya
yang bakal diapa-apakan oleh Raja Mesir. Tiba-tiba datang
Malaikat Jibril menenangkan Nabi Ibrahim. Kata Jibril, Allah
tidak akan membenarkan Siti Sarah dari disentuh, apalagi
diapa-apakan oleh Raja Mesir yang zalim itu, hatta menyentuh
kulit sekalipun tidak akan dibenarkan olehNya. Selepas itu
Jibril dan Nabi Ibrahim pun dipertontonkan (seperti tv)
kejadian yang berlaku di bilik Raja Mesir.

Raja Mesir yang sudah sangat berahi itu mula mendekati Siti
Sarah dan memujuk isteri Nabi itu agar bercumbu dengannya.
Setelah Raja Mesir benar-benar hampir dengan Siti Sarah,
secara tiba-tiba sahaja kaki Raja Mesir melekat di lantai,
seolah-olah digam dengan pelekat yang amat kuat.

Setelah tidak dapat menggerakkan kakinya, Raja Mesir yang
tidak berputus asa itu mencuba pula untuk memegang bahu Siti
Sarah. Namun secara tiba-tiba tangan Raja Mesir hilang
sehingga ke paras bahu !

Raja Mesir terus panik. (Yalah, tangan hilang sampai ke bahu
tu !) Dengan rasa menyesal dia meminta agar Siti Sarah berdoa
ke hadrat Ilahi agar memulihkankan anggota badannya. Selepas
Siti Sarah berdoa, tubuh Raja Mesir pun kembali kepada keadaan
asal. Sayangnya Raja Mesir hanya insaf sekejap dan kembali
bernafsu untuk mendapatkan Siti Sarah.

Namun sebelum sempat dia berbuat apa-apa, dengan sepantas
kilat pula Allah melekatkan kaki dan mengudungkan tangan Raja
Mesir. Peristiwa ini berulang sebanyak tiga kali. Pada kali
ketiga, Raja Mesir benar-benar insaf dan mengembalikan Siti
Sarah ke pangkuan Nabi Ibrahim.

" Siapakah lelaki kacak yang bersamamu tadi ? Apakah benar dia
saudaramu ?" tanya Raja Mesir.


" Tidak, dia adalah suamiku," Jawab Siti Sarah. Atas rasa
bersalah dan ingin memohon kemaafan, Raja Mesir telah
menghadiahkan pasangan yang mulia itu seorang hamba bernama
Siti Hajar. Selain itu, mereka juga dikurniakan dengan pakaian
yang cantik dan mahal.

Nabi Ibrahim diberi kebebasan untuk tinggal di mana sahaja,
dan dengan itu baginda memutuskan untuk tinggal di negeri
Khamsas ini bersama keluarga baginda, isteri baginda Siti
Sarah, Siti Hajar dan anak saudara baginda, Nabi Lut a.s.

* Nabi Ibrahim Dan Nabi Luth Berkongsi Penternakan Sehingga
Kaya Raya.
*

Di Khamsas, Nabi Ibrahim bersama anak saudaranya Nabi Lut
mengusahakan perniagaan, pertanian dan penternakan unta,
lembu, kambing dan kibas. Usaha mereka diberkati Allah dan
mendatangkan rezeki yang melimpah ruah. Jumlah ternakan Nabi
Ibrahim dan Nabi Lut sangat melimpah ruah.

Terdapat satu riwayat di mana Jibril datang ke ladang ternakan
dan menyamar dalam bentuk Nabi Adam a.s., dan ketika itu
ternakan Nabi Ibrahim dijaga oleh dua belas ribu ekor anjing !

Setiap anjing dipakai seutas kalung emas di lehernya. Untuk
mengurangkan masalah pengurusan ternakan yang terlalu banyak,
Nabi Ibrahim dan Nabi Lut telah membahagikan harta perkongsian
mereka dan Nabi Lut membawa ternakannnya ke negeri lain
bernama Sadom.

* Berkat Nabi Ibrahim a.s. Ke Atas Palestin.*

Ketika Nabi Ibrahim a.s. sampai di Palestin, baginda mendapati
keadaan bumi Palestin amat gersang. Tanahnya kering, tiada
sebatang pokok dan sehelai rumput pun yang tumbuh di situ.
Nabi Ibrahim berasa susah hati mengenangkan ketiadaan sumber
untuk baginda menternak dan mencari makanan.

Sedang Nabi Ibrahim berfikir, turun Malaikat Jibril menemui
Nabi Ibrahim dan menyuruh baginda melayangkan pandangan
ke sekeliling tanah Palestin yang gersang itu. Dengan izin
Allah, pokok-pokok yang mempunyai buah-buahan dan rumput-
rumput mula bertumbuh dengan banyaknya. Subhanallah.

Dalam masa yang singkat, kawasan itu telah menjadi sebuah
perkampungan manusia. Nabi Ibrahim a.s. tidak melepaskan
peluang ini untuk menyeru umat manusia supaya menyembah Allah
yang Satu dan meninggalkan amalan penyembahan berhala,
matahari, bulan dan lain-lain. Melihat keberkatan yang dibawa
oleh Nabi Ibrahim, masyarakat di situ menerima seruan baginda
dengan mudah.

Setelah itu, Nabi Ibrahim mengajak umatnya membina sebuah
masjid untuk beribadat kepada Allah. Mereka bergotong-royong
membina masjid tersebut. Itulah masjid pertama yang dibina
di Palestin.

* Raja Namrud dan Kaumnya Menerima Azab Allah. *

Karena keingkarannya, Raja Namrud beserta seluruh pengikutnya
mendapatkan siksaan Allah s.w.t. Pada suatu ketika, tiba-tiba
datang serombongan nyamuk yang luar biasa banyaknya. Binatang-
binatang itu langsung menyerbu manusia, menggigit bagian-
bagian tubuh, masuk ke lubang hidung dan telinga orang-orang
kafir itu. Maka binasalah Raja Namrud dan para pengikutnya.

Sementara itu, sejak pindah ke tanah suci (Baitul Maqdis),
Nabi Ibrahim a.s. Kemudian berumah tangga dan memperoleh anak-
anak yang sholeh. Dari istrinya yang bernama Siti Sarah, Nabi
Ibrahim a.s. memperoleh anak yang diberi nama Ishaq. Dan dari
istrinya yang bernama Siti Hajar, beliau memperoleh seorang
putera yang bernama Ismail.

Ishaq kemudian menjadi Nabi dan Rasul, dan menurunkan seorang
anak, Yaqub namanya (kelak, Yaqub juga menjadi Nabi dan Rasul
Allah serta menurunkan anak-cucu sampai kepada Nabi Musa as.).
Sedangkan Ismail juga menjadi Nabi dan Rasul, dan darinyalah
Nabi besar Muhammad saw. mempunyai silsilah.

* Nabi Ibrahim a.s. Berangkat Ke Babylon Untuk Menyeru Raja
Namrud.
*

Setelah Nabi Ibrahim a.s. menjadi pemerintah di Palestin, maka
datanglah perintah Allah s.w.t. agar baginda pulang semula
ke Babylon dengan membawa angkatan tentera bagi menyeru Raja
Namrud agar menyembah Allah s.w.t dan beriman dengan kerasulan
baginda.

Maka berangkatlah Nabi Ibrahim bersama bala tenteranya yang
besar bagi menjalankan misi berdakwah kepada Namrud untuk kali
terakhir. Isteri-isteri baginda tidak turut serta.

Sesampai sahaja mereka ke Babylon, Nabi Ibrahim terus menyeru
Namrud agar beriman kepada Allah dan RasulNya. Namun Namrud
tetap enggan beriman seperti dulu juga. Dia masih yakin bahawa
dirinya tuhan yang paling kuat dan paling berkuasa.

" Aku tidak memerlukan tuhan ! Kerajaan aku amat kuat dan
boleh melawan kerajaan dan tentera Tuhanmu ! Aku yakin aku
dapat mengalahkan Dia !" Begitulah kata-kata Namrud yang
begitu angkuh dengan kekuasaannya.

Kata Namrud lagi, " Aku mempunyai empat ekor burung dari baka
gergasi yang akan terbangkan aku ke langit untuk berperang
dengan Tuhanmu !"

Melihat keadaan Namrud yang masih kekal dalam kekufurannya,
Nabi Ibrahim tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Baginda juga
tidak jadi berperang dengan Namrud kerana raja kufur itu tidak
bersedia untuk berperang. Tambahan pula, baginda membawa
tentera-tenteranya hanya sekadar persediaan kalau-kalau bala
tentera Namrud mahu menyerang mereka. Nabi Ibrahim berserah
kepada Allah s.w.t. dan pulang ke Baitul Maqdis.

* Raja Namrud Terbang Ke Langit. *

Sekembalinya Nabi Ibrahim, Namrud berasa amat marah dan dia
menjadi begitu bersemangat untuk pergi berperang dengan Allah.
Dia melatih burung-burung gergasinya agar terbang ke langit,
namun tidak berjaya. Ini disebabkan Namrud tidak tahu cara
melatih burung terbang.

Iblis yang sekian lama ingin menambahkan kesesatan Namrud
memberikan satu ilham untuk menjadikan burung itu dapat
terbang. Setelah berjaya, Namrud pun pergi ke langit setinggi
yang boleh dengan membawa busur dan panah. Setelah berasa
cukup tinggi, Namrud pun melepaskan panahnya.

Allah memerintahkan malaikat Jibril agar menangkap panah
tersebut dan melumurkannya dengan darah. Kemudian Jibril
melemparkan panah itu semula ke bawah. Setelah mendapati panah
yang dibalingnya tadi berlumuran dengan darah, Namrud berasa
sangat gembira kerana kononnya dia berjaya membunuh Allah.
* Astaghfirullahalazim.* Allah membuat tipudayaNya.

* Nabi Ibrahim a.s. Berpatah Balik Ke Babylon.*

Selepas mendengar cerita Namrud mahu melawan Allah, Nabi
Ibrahim terus berpatah balik untuk mendakwah Namrud yang nyata
sudah terlalu jauh kesesatannya.

" Wahai Namrud ! Allah menjadikan kau berkuasa di dunia dan
dapat melakukan apa saja kehendakmu. Mengapa engkau tidak mahu
patuh akan arahan Allah ? Sekiranya engkau beriman kepadaNya,
sudah tentu Dia akan menambah kekuasaanmu. Di akhirat pula
nanti kau akan dapat memerintah kerajaan yang jauh lebih besar
dan kekal kenikmatannya !"

Jawab Raja Namrud, " Wahai Ibrahim ! Aku tidak memerlukan
nikmat Tuhanmu. Dan kini aku mendapat kerajaan di langit dan
bumi, kerana Tuhanmu telah aku bunuh ketika di langit tadi.
Lihatlah anak mata panahku yang berlumuran darah ini !"
Lantas Namrud menunjukkan panah yang dimaksudkannya.

" Engkau sekali-sekali tidak dapat membunuh Allah," pintas
Nabi Ibrahim. " Dia yang memberi rezeki kepada manusia, bukan
manusia memberi rezeki kepadaNya. Tuhanku jua yang menjadikan
segala sesuatu, bukan Dia yang dijadikan orang. Dan Dialah
juga yang mematikan segala sesuatu, sedangkan orang tidak
dapat mematikanNya. Dia adalah Tuhan yang kekal dan hidup
selama-selamanya !"

Berang dengan kata-kata lantang dan tepat dari Nabi Ibrahim,
Namrud mencabar Nabi Ibrahim berperang dengannya. Dia bukan
saja mahu berperang dengan tentera baginda, malah seluruh
tentera Allah di langit dan bumi.

" Berapa banyakkah tentera Tuhanmu ?" tanya Namrud. " Tentera
Tuhanku terlalu banyak sehingga tidak mampu dibilang. Mereka
terdiri dari manusia, jin, malaikat dan makhluk-makhluk lain."

Kata Nabi Ibrahim lagi dengan tenang, " Kumpulkanlah tenteramu
dulu. Tentera Tuhanku memang sudah terhimpun hanya menunggu
masa sahaja."

Namrud pun bergegas mengumpulkan bala tentera dari seluruh
tanah taklukannya seperti Syam, Rom, Hindustan, Turkistan,
Habsyah dan lain-lain.

* Raja Namrud Tewas Kepada Seekor Nyamuk Buta.*

Setelah Namrud bersedia untuk berperang bersama bala
tenteranya yang sangat besar dan gagah itu, Nabi Ibrahim pun
menadah tangan berdoa memohon bantuan Allah s.w.t. Tiba-tiba
langit menjadi gelap seperti ditutupi dengan sesuatu. Semua
yang ada terpinga-pinga.

Nabi Ibrahim berkata kepada Namrud, " Inilah tentera Tuhanku
yang mahu menyerang Tuhanmu."

Sejurus selepas itu, berbilion-bilion nyamuk turun dari langit
dan mula menyerang tentera-tentera Namrud. Nyamuk-nyamuk itu
mencucuk kepala tentera dan menghisap darah dan otak mereka
hingga kering.

Namrud menjadi bingung dan ketakutan melihat satu demi satu
askarnya mati diserang nyamuk. Dia berlari ke dalam istana
untuk menyelamatkan diri. Tanpa disedarinya, seekor nyamuk
yang buta dan bertampung badannya telah mengekori Namrud.

Namrud ketakutan melihat nyamuk di kamarnya. Dia cuba membunuh
nyamuk tersebut namun gagal. Sebelum dia sempat berbuat apa-
apa, nyamuk itu masuk ke dalam lubang hidung Namrud dan menuju
ke otaknya.

Namrud meraung-raung kesakitan apabila nyamuk tersebut
menikam otaknya berkali-kali. Dia tidak dapat tidur kerana
sentiasa kesakitan. Nabi Ibrahim datang sekali lagi untuk
mengajaknya beriman, namun Namrud tetap enggan. Setelah 40
hari 40 malam, maka Namrud pun menemui ajalnya. Dengan
kematiannya, ramailah rakyat yang memeluk Islam.

Sumber Tepercaya... http://duniayangsekejap.blogspot.com/
posted from Bloggeroid

Sunday 19 April 2015

Riwayat Nabi Ya'qup[Yaakob] (010)...^^..

Riwayat Nabi Ya'qup[Yaakob] (010)...^^..

Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang
ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah
binti A'zar. Ia adalah saudara kembar dari putera Ishaq yang
kedua bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak
terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh
kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam
dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang
memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh
ibunya.

Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk
dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang
diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-
anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak
diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti
Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.

Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan
mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki
dan irihati, bahkan ia selalu diancam maka datanglah Ya'qub
kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia berkata
mengeluh,

" Wahai ayahku ! Tolonglah berikan fikiran kepadaku, bagaimana
harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam
dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang
menyakitkan hatiku, sehinggakan menjadi hubungan persaudaraan
kami berdua renggang dan tegang, tidak ada saling cinta
mencintai saling sayang-menyayangi.

Dia marah karena ayah memberkahi dan mendoakan aku agar aku
memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan
yang makmur serta kemewahan. Dia menyombongkan diri dengan
kedua orang isterinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahwa
anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat
bagi anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan
macam-macam ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku.

Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana aku dapat
mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara
kekeluargaan.

Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal
hati melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin
meruncing,

" Wahai anakku, karena usiaku yang sudah lanjut aku tidak
dapat menengahi kamu berdua. Ubanku sudah menutupi seluruh
kepalaku, badanku sudah membongkok, raut mukaku sudah kisut
berkerut dan aku sudah berada di ambang pintu perpisahan dari
kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini.

Aku khuatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu
Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan
memusuhimu, berusaha mencari kecelakaanmu dan kebinasaanmu. Ia
dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan
pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan
berwibawa di negeri ini.

Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut fikiranku, engkau
harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah engkau ke
Fadan A'raam di daerah Irak, di mana bermukin bapa saudaramu
saudara ibumu, Laban bin Batu'il.

Engkau dapat mengharap dikahwinkan kepada salah seorang
puterinya dan dengan demikian menjadi kuatlah kedudukan
sosialmu, disegani dan dihormati orang karena kedudukan
mertuamu yang menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau
ke sana dengan iringan doa daripadaku. Semoga Allah memberkahi
perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan
yang tenang dan tenteram.

Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati
si anak. Ya'qub melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar
yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antaranya
dan Ishu, apalagi dengan mengikuti saranan itu. Ia akan dapat
bertemu dengan bapa saudaranya dan anggota-anggota keluarganya
dari pihak ibunya.

Ia segera berkemas-kemas membungkus barang-barang yang
diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta
air mata yang tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya
dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.

* Nabi Ya'qub Tiba di Irak. *

Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas
mataharinya yang terik dan angin samumnya {panas} yang
membakar kulit, Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri,
menuju ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban tinggal.

Dalam perjalanan yang jauh itu, ia sesekali berhenti
beristirehat bila merasa letih dan lesu. Dan dalam salah satu
tempat perhentiannya ia berhenti karena sudah sangat letihnya
tertidur dibawah teduhan sebuah batu karang yang besar.

Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia
dikurniakan rezeki luas, penghidupan yang aman damai, keluarga
dan anak cucu yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar
dan makmur.

Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh
ke kanan dan ke kiri dan sedarlah ia bahawa apa yang
dilihatnya hanyalah sebuah mimpi. Namun ia percaya bahwa
mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuia
dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya.

Dengan diperoleh mimpi itu, ia merasa segala letih yang
ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia
memperolehi tenaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk
secepat mungkin tiba di tempat yang di tuju dan menemui sanak-
saudaranya dari pihak ibunya.

Tiba pada akhirnya Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan
A'ram setelah berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan
yang membosankan tiada yang dilihat selain dari langit di atas
dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya ketika ia mulai
melihat binatang-binatang peliharaan berkeliaran di atas
ladang-ladang rumput, burung-burung berterbangan di udara yang
cerah dan para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah
dan keperluan hidup masing-masing.

Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti
sebentar bertanya salah seorang penduduk di mana letaknya
rumah saudara ibunya Laban berada. Laban seorang kaya-raya
yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang
terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk
menemukan alamatnya.

Penduduk yang ditanya itu segera menunjuk ke arah seorang
gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata
kepada Ya'qub,

" Kebetulan sekali, itulah dia puterinya Laban yang akan dapat
membawamu ke rumah ayahnya, ia bernama Rahil.

Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri yang
gadis ayu dan cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-
putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya, ia
mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri.

Ibunya yang bernama Rifqah adalah saudara kandung dari ayah
si gadis itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu
bahwa ia datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan dengan tujuan
hendak menemui Laban, ayahnya untuk menyampaikan pesanan
Ishaq, ayah Ya'qub kepada gadis itu.

Maka dengan senang hati sikap yang ramah muka yang manis
disilakan Ya'qub mengikutinya berjalan menuju rumah Laban bapa
saudaranya. Berpeluk-pelukanlah dengan mesranya si bapa
saudara dengan anak saudara, menandakan kegembiraan masing-
masing dengan pertemuan yang tidak disangka-sangka itu dan
mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yang dicucurkan
oleh rasa terharu dan sukcita.

Maka disiapkanlah oleh Laban bin Batu'il tempat dan bilik khas
untuk anak saudaranya Ya'qub yang tidak berbeda dengan tempat-
tempat anak kandungnya sendiri di mana ia dapat tinggal sesuka
hatinya seperti di rumahnya sendiri.

Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban, bapa
saudaranya sebagai anggota keluarga. Disampaikanlah oleh
Ya'qub kepada bapa saudaranya pesanan Ishaq ayahnya, agar
mereka berdua berbesan dengan mengahwinkannya kepada salah
seorang dari puteri-puterinya.

Pesanan tersebut di terima oleh Laban dan setuju akan
mengahwinkan Laban dengan salah seorang puterinya, dengan
syarat sebagai maskahwin, ia harus memberikan tenaga kerjanya
di dalam perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuh
tahun.

Ya'qub menyetujuinya syarat-syarat yang dikemukakan oleh bapa
saudaranya dan bekerjalah ia sebagai seorang pengurus
perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.

Setelah tujuh tahun dilampaui oleh Ya'qub sebagai pekerja
dalam perusahaan penternakan Laban, ia menagih janji bapa
saudaranya yang akan mengambilnya sebagai anak menantunya.
Laban menawarkan kepada Ya'qub agar menyunting puterinya yang
bernama Laiya sebagai isteri, namun anak saudaranya
menghendaki Rahil adik dari Laiya, kerana lebih cantik dan
lebih ayu dari Laiya yang ditawarkannya itu.

Keinginan mana diutarakannya secara terus terang oleh Ya'qub
kepada bapa saudaranya, yang juga dari pihak bapa saudaranya
memahami dan mengerti isi hati anak saudaranya itu. Akan
tetapi adat istiadat yang berlaku pada waktu itu tidak
mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya kahwin lebih
dahulu.

Karenanya sebagai jalan tengah agak tidak mengecewakan Ya'qub
dan tidak pula melanggar peraturan yang berlaku, Laban
menyarankan agar anak saudaranya Ya'qub menerima Laiya sebagai
isteri pertama dan Rahil sebagai isteri kedua yang akan
di sunting kelak setelah ia menjalani kerja tujuh tahun
di dalam perusahaan penternakannya.

Ya'qub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa
berhutang budi kepadanya yang telah menerimanya di rumah
sebagai keluarga, melayannya dengan baik dan tidak dibeda-
bedakan seolah-olah anak kandungnya sendiri, tidak dapat
berbuat apa-apa selain menerima cadangan bapa saudaranya itu.
Perkahwinan dilaksanakan dan kontrak untuk masa tujuh tahun
kedua ditanda-tangani.

Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir, dikahwinkanlah Ya'qub
dengan Rahil gadis yang sangat dicintainya dan selalu dikenang
sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota Fadam A'raam.

Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita
bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut syariat dan
peraturan yang berlaku pada waktu itu, tidak terlarang akan
tetapi oleh syariat Muhammad s.a.w. hal semacam itu telah
diharamkan.

Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya iaitu kedua isteri
Ya'qub seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga
mereka. Dan dari kedua isterinya serta kedua hamba sahayanya
itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di antaranya Yusuf dan
Binyamin dari ibu Rahil sedang yang lain dari Laiya.

Beliau diutuskan menjadi Rasul di negeri Kan'an untuk memimpin
penduduknya menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Riwayat lain
menceritakan bahawa beliau diutuskan ke Nablus. Beliau bekerja
sebagai bercucuk tanam dan menternak.

Layya dan Rahil mempunyai dua orang sahaya bernama Sulfah dan
Balhah. Kedua-dua mereka turut dikahwini Yaakub. Hasil
daripada empat perkahwinan tersebut, beliau dikurniakan 12
orang anak. Mereka disebut di dalam Al Quran sebagai
" Al Asbaath."

Hasil perkongsian hidup bersama Layya, beliau  dikurniakan
enam cahaya mata yang bernama, Rabin, Syam'um, Lawi, Yahuza,
Yasakir, Zebulon. Hasil perkahwinan beliau dengan Rahil,
Yaakub dikurniakan dua cahaya mata yang bernama, Yusuf dan
Bunyamin. Rahil meninggal dunia sewaktu melahirkan Bunyamin.
Perkongsian hidup beliau bersama Sulfah, lahirlah dua lagi
waris yang bernama, Daan dan Naftali. Dan dengan Balhah,
mereka menimang dua lagi zuriat bernama, Yad dan Asyir.
Kesemua mereka dikenali sebagai Al Asbaath yang membawa maksud
qabilah Bani Israil, kerana setiap mereka mempunyai keturunan
yang ramai.

*** Perang Sabil.

Pada ketika itu peperangan tercetus di antara raja dan
keluarga Yaakub a.s. Putera Yaakub yang bernama Syam'um
berkata, " Ya Nabi Allah ! Saya akan bertanggungjawab jika
diizinkan oleh kamu untuk meruntuhkan benteng pertahanan
musuh. Serahkan kepadaku."

Tugas tersebut diserahkan kepada Syam'um. Sesudah mendapat
kebenaran Syam'um pergi menuju pintu pertahanan musuh. Beliau
membaca doa kepada Allah s.w.t. yang bermaksud,

" Ya Allah ! Bukakanlah bagi kami pintu ini dengan mudah dan
engkaulah, Ya Allah, sebaik-baik yang memberikan kemenangan.
Dengan nama Allah, selamatkanlah kami."

Syam'un menghentakkan kakinya terhadap benteng tersebut,
sehingga roboh dindingnya. Ramai di kalangan musuh mati
ditimpa benteng tersebut. Keadaan menjadi tegang, mereka
kebingungan dan huru-hara. Kemudian Nabi Yaakub tiba bersama-
sama putera-puteranya yang lain menuju benteng pertahanan
musuh yang telah hancur. Mereka memerangi dan mengalahkan raja
yang sombong itu. Hartanya dijadikan sebagai harta perang
(ghanimah).

Nabi Yaakub berhijrah ke Palestin untuk menemui bapa
saudaranya yang bernama "Laban." Beliau berjalan pada malam
hari dan beristirehat ketika hari siang. Oleh yang demikian
keluarga Yaakub dan keturunannya dikenali sebagai "Bani
Israil". Nabi Yaakub juga terkenal dengan nama Nabi Israil,
yang membawa maksud suka berjalan pada malam hari.

* Kisah Nabi Ya'qub Di Dalam Al Quran. *

Kisah Nabi Ya'qub tidak terdapat dalam Al Quran secara
tersendiri, namun disebut-sebut nama Ya'qub dalam hubungannya
dengan Ibrahim, Yusuf dan lain-lain nabi. Bahkan kisah ini
adalah bersumberkan dari kitab-kitab tafsir dan buku-buku
sejarah.
posted from Bloggeroid

Riwayat Nabi Ishaq (009)...^^..

Riwayat Nabi Ishaq (009)...^^..

Nabi Ishaq adalah putera nabi Ibrahim dari isterinya Sarah,
sedang Nabi Ismail adalah puteranya dari Hajar, dayang yang
diterimanya sebagai hadiah dari Raja Namrud.

Tentang Nabi Ishaq ini tidak dikisahkan dalan Al Quran kecuali
dalam beberapa ayat di antaranya adalah ayat 69 sehingga 74
dari surah Hud, seperti berikut,

" Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami {malaikat-malaikat}
telah datang kepada Ibrahim membawa khabar gembira mereka
mengucapkan " Selamat". Ibrahim menjawab, " Selamatlah" maka
tidak lama kemudian Ibrahim menjamukan daging anak sapi yang
dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak
menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan
merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata " Jangan kamu
takut sesungguhnya kami adalah {malaikat-malaikat} yang diutus
untuk kaum Luth." Dan isterinya berdiri di sampingnya lalu
di tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira
akan {kelahiran} Ishaq dan sesudah Ishaq {lahir pula} Ya'qup.
Isterinya berkata, " Sungguh menghairankan apakah aku akan
melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan
suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua juga ? Sesungguhnya
ini benar-benar sesuatu yang aneh. Para malaikat itu berkata
" Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah ? {itu
adalah} rahmat Allah dan keberkatanNya dicurahkan atas kamu
hai ahlulbait ! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha
Pemurah. Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan
berita gembira telah datang kepadanya dia pun bersoal jawab
dengan {malaikat-malaikat} Kami tentang kaum Luth."
{Surah Hud: 69~74}

Selain ayat-ayat yang tersebut di atas yang membawa berita
akan lahirnya Nabi Ishaq daripada kedua orang tuanya yang
sudah lanjut usia yang menurut sementara riwayat bahwa usianya
pada waktu itu sudah mencapai sembilan puluh tahun, terdapat
beberapa ayat yang menetapkan kenabiannya di antaranya ialah
ayat 49 surah " Maryam" sebagai berikut,

" Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan
dari apa yang meerka sembah selain Allah Kami anugerahkan
kepadanya Ishaq dan Ya'qup. Dan masing-masingnya Kami angkat
menjadi nabi."

Dan ayat 112 dan 113 surah " Ash Shaffaat" sebagai berikut,
" Dan Kami beritahukan, dia khabar gembira dengan {kelahiran}
Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang soleh. Kami
limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara
anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada {pula} yang zalim
terhadap dirinya dengan nyata."

Catatan Tambahan. Diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim wafat pada
usia 175 tahun. Nabi Ismail pada usia 137 tahun dan Nabi Ishaq
pada usia 180 tahun.

Perkataan Ishaq berasal daripada bahasa Ibrani yang bererti
tertawa. Sejarah menyatakan bahawa Siti Sarah meniti usia yang
lanjut dan mandul ketika usia mudanya. Beliau mendapat khabar
gembira daripada Malaikat bahawa ia akan mendapat seorang anak
lelaki yang soleh. Siti Sarah tertawa dan gembira, mendengar
khabar tersebut. Ia juga berasa terkejut kerana merasakan
dirinya sudah tua dan memikirkan bahawa mustahil orang tua
melahirkan anak.

posted from Bloggeroid

Riwayat Nabi Ismail (008)...^^..

Riwayat Nabi Ismail (008)...^^..

Sampai masa Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir
bersama Sarah, isterinya dan Hajar, dayangnya di tempat
tujuannya di Palestin. Ia telah membawa pindah juga semua
binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehinya
dari hasil usaha niaganya di Mesir.

Al Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a. berkata,
" Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar
ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari
Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s.
tetapi belum juga hamil".

Tetapi walaubagaimanapun juga akhirnya terbukalah rahsia yang
disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai
lazimnya seorang isteri, iaitu Siti Sarah merasa telah
dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya yang
diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s.

Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s.
lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sangat gembira
dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang
menyebabkan permulaan ada keretakan dalam rumahtangga Nabi
Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati jika
melihat Siti Hajar.

Siti Sarah meminta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya
dari matanya dan menempatkannya di lain tempat. Untuk sesuatu
hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim.

Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan
permintaan Sarah, isterinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail
bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat di mana yang
ia harus tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan
di tempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.

Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim
meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan
di atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya
berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada
binatang tunggangannya.

Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang
berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir
dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya
menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan
debu-debu pasir.

* Ismail dan Ibunya Hajar Ditinggalkan di Makkah. *

Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang
memenatkan tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail
dan ibunya di Makkah kota suci dimana Kaabah didirikan dan
menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia.

Di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah
unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia
meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali
dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan
sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang
terlihat hanyalah batu dan pasir kering.

Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan
oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih
kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali
batu gunung dan pasir.

Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi
Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan
seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia,
tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air
mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak
yang kecil yang masih menyusu.

Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tergamak
meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya
yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang
dilakukannya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu
mengandungi hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sedar
pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam
tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan.

Ia berkata kepada Hajar, " Bertawakkallah kepada Allah yang
telah menentukan kehendakNya, percayalah kepada kekuasaanNya
dan rahmatNya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini
dan Dialah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat
yang sunyi ini.

Sesungguhnya kalau bukan perintah dan wahyu, tidak sesekali
aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama
puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar
bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua
tanpa perlindunganNya. Rahmat dan barakahNya akan tetap turun
di atas kamu untuk selamanya, insyaAllah."

Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan
genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau
menunggang untanya kembali ke Palestin dengan iringan air
mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang
menetak.

Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya ketika
ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju
kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan puteranya
yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak henti-henti selama
dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan,
rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan
ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu.

Ia berkata dalam doanya, " Wahai Tuhanku ! Aku telah tempatkan
puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumahMu
{ Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari tanaman dan
manusia agar mereka mendirikan solat dan beribadat kepadaMu.

Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka dan
berilah mereka rezeki dari buah-buahan yang lazat, mudah-
mudahan mereka bersyukur kepadaMu."

* Mata Air Zamzam. *

Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya
di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima
nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan
kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindunganNya. Bekalan
makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada
akhirnya habis dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi
Ibrahim.

Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang
harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih
harus meneteki anaknya, namun air teteknya makin lama makin
mengering disebabkan kekurangan makan. Anak yang tidak dapat
minuman yang memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet
dan tidak henti-hentinya menangis.

Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan
anaknya yang sangat menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan
ke kiri serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau
seteguk air yang dapat meringankan kelaparannya dan meredakan
tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya.

Ia pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia
boleh mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya
batu dan pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit
Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit
Marwah dan larilah ia berharwahlah ke tempat itu namun
ternyata bahawa yang disangkanya air adalah fatamorangana
{bayangan} belaka dan kembalilah ke bukit Shafa karena
mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal
dan melesetlah dugaannya.

Demikianlah maka karena dorongan hajat hidupnya dan hidup
anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari
sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada
akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir berputus
asa.

Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak
berdaya dan hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan
pertolonganNya. Datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya,

" Siapakah sebenarnya engkau ini ?" " Aku adalah hamba sahaya
Ibrahim". Jawab Hajar. " Kepada siapa engkau dititipkan
di sini ?" Tanya Jibril. " Hanya kepada Allah", jawab Hajar.
Lalu berkata Jibril,

" Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang
Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu,
mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan
kepercayaan ayah puteramu kepadaNya."

Kemudian diajaklah Hajar mengikutinya pergi ke suatu tempat
di mana Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas
tanah dan segeralah memancur dari bekas telapak kaki itu air
yang jernih dengan kuasa Allah. Itulah dia mata air Zamzam
yang sehingga kini dianggap keramat oleh jemaah haji,
berdesakan sekelilingnya bagi mendapatkan setitik atau seteguk
air daripadanya dan kerana sejarahnya mata air itu disebut
orang " Injakan Jibril".

Alangkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang
mancur itu. Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air
keramat itu dan segera pula terlihat wajah puteranya segar
kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sangat bahagia
dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan
kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah
dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam
dada.

Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan
mengelilingi daerah itu menarik pula perhatian sekelompok
bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang
berkhemah di sekitar Makkah.

Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat
burung di udara, nescaya dibawahnya terdapat air, maka
diutuslah oleh mereka beberapa orang untuk memeriksa kebenaran
teori ini. Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di mana
Hajar berada, kemudian kembali membawa berita gembira kepada
kaumnya tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar bersama
puteranya.

Segera sekelompok suku Jurhum itu memindahkan perkhemahannya
ke tempat sekitar Zamzam, dimana kedatangan mereka disambut
dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku Jurhum
di sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan
menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan
di dalam hidupnya berduaan dengan puteranya saja.

Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah
membuka hati orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan
memecahkan kesunyian lembah di mana ia ditinggalkan sendirian
oleh Ibrahim.

* Nabi Ismail Sebagai Qurban. *

Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk
mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi
menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia
sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila
mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang
ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota
dan pengaulan umum.

Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s.
mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya.
Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara
turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterimanya dalam
mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.

Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat
yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang
putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan
didambakan, seorang putera yang telah mencapai usia di mana
jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah, seorang
putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung
kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban
dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.

Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama
yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para
pengikutnya dalam bertaat kepada Allah, menjalankan segala
perintahNya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas
cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain.

Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui
mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan
perintah itu. Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi
Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud,

" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia
mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa
lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail
puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang
telah diterimanya.

Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah
untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah
perintahkan.

Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada
Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh
ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan
berfikir panjang berkata kepada ayahnya,

" Wahai ayahku ! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan
oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insyaAllah sebagai
seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya
meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah
mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga
menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya
tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya
pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya,

Ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan
penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku,
keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku
berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya
dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya
dari putera tunggalnya."

Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi
Ibrahim seraya berkata, " Bahagialah aku mempunyai seorang
putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang
dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan
perintah Allah."

Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua
tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu
diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil
memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang
tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya
ke parang yang mengilap di tangannya,

Seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat
pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan
kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya
dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi
Ismail dan penyembelihan di lakukan.

Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu
ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang
menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu
ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana
cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah
lulus dalam ujian yang sangat berat itu.

Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan
pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah
Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau
bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan
kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk
dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa
parang itu tidak lut memotong lehernya,

Berkatalah ia kepada ayahnya, " Wahai ayahku ! Rupa-rupanya
engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat
wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu
tanpa melihat wajahku."

Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan
setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah
ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.

Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam
usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim
wahyu Allah dengan firmannya,

" Wahai Ibrahim ! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu,
demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat
kebajikkan." Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah
diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih
seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera
dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang
tumpul di leher puteranya Ismail itu.

Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh
umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok
dunia.

posted from Bloggeroid

Riwayat Nabi Luth (007)...^^..

Riwayat Nabi Luth (007)...^^..

Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang
bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi
Ibrahim. Ia beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim
mendampinginya dalam semua perjalanan. Sewaktu mereka berada
di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang
berhasil dengan baik. Binatang ternaknya berkembang biak
sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat
ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan.

Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecahkan dan binatang
ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan
berpisahlah Luth dengan Ibrahim. Luth berpindah ke Yordania
dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.

* Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum. *

Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat
moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau
nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran
bermaharajalela dalam pergaulan hidup mereka.

Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-
hari, di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah
menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang.

Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup
mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya
dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran
ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan
ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.

Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari
diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang
berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan
atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat.

Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka
tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan
di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji
lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang
perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya
pula.

Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan
moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya. Diutuslah
nabi Luth sebagai pesuruh dan RasulNya untuk mengangkat mereka
dari lembah kenistaan, kejahilan dan kesesatan serta membawa
mereka alam yang bersih, bermoral dan berakhlak mulia.

Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah
meninggalkan kebiasaan mungkar, menjauhkan diri dari perbuatan
maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan.

Ia memberi penerangan kepada mereka bahwa Allah telah mencipta
mereka dan alam sekitar. Allah tidak meredhai amal perbuatan
mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan
memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka.

Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diberi ganjaran
dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan
mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam
neraka Jahanam.

Nabi Luth berseru kepada mereka agar meninggalkan adat
kebiasaan iaitu melakukan perbuatan homoseks dan lesbian
karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati
nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam
penciptaan manusia menjadi dua jenis iaitu lelaki dan wanita.

Juga kepada mereka di beri nasihat dan dianjurkan supaya
menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan
perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu
mereka lakukan di antara sesama mereka dan terutama kepada
pengunjung yang datang ke Sadum.

Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan
mereka sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak
amanah di dalam negeri sehingga masing-masing dari mereka
tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.

Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan
tugas risalahnya. Ia tidak henti-henti menggunakan setiap
kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara
berkelompok atau secara berseorangan mengajak agak mereka
beriman dan percaya kepada Allah.

MenyembahNya melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan
maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan
kerusakan akhlak sudah berakar di dalam pergaulan hidup mereka
dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu
kuat menguasai tindak-tanduk mereka,

Maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth yang dilaksanakan dengan
kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur
di dalam hati dan fikiran mereka dan berlalu laksana suasana
teriakan di tengah-tengah padang pasir.

Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran
Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat
dengan ajaran-ajaran syaitan dan iblis.

Akhirnya kaum Luth merasa kesal hati mendengar dakwah dan
nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta
agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusiran
dirinya dari sadum bersama semua keluarganya.

Dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan untuk
masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan
keruntuhan moral mereka dan bahawa meneruskan dakwah kepada
mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta mensia-
siakan masa.

Ubat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth untuk mencegah
penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada
tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmikan mereka
dari atas bumi sebagai pembalasan ke atas terhadap kekerasan
kepala mereka dan juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran
umat-umat disekelilingnya.

Beliau memohon kepada Allah agar kepada kaumnya masyarakat
Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang
menanti mereka di akhirat kelak.

* Para Malaikat Tamunya Nabi Ibrahim Bertamu Kepada Nabi
Luth.
*

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan
oleh Allah s.w.t. Dikirimkanlah kepadanya, tiga orang malaikat
menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang
bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas
kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mereka bahwa dia
adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum
Luth penduduk kota Sadum.

Dalam kesempatan pertemuan Malaikat, dimana Nabi Ibrahim telah
memohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda ,kalau-
kalau mereka kembali sedar mendengarkan dan mengikuti ajakan
Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan
mungkar.

Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anak
saudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan
keatas kaum Sadum permintaan mana oleh para malaikat itu
diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan
terkena azab.

Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai
lelaki remaja yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan
bagus. Dalam perjalanan mereka hendak memasuki kota, mereka
berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang
mengambil dari sebuah perigi.

Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis
kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis
tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih
dahulu dengan keluarganya. Maka ditinggalkanlah para lelaki
remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat
untuk memberitahu ayahnya.

Si ayah iaitu Nabi Luth sendiri mendengar laporan puterinya
menjadi binggung jawapan apa yang harus ia berikan kepada para
pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu,
namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan dan kacak
akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-
tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja-remaja yang
mempunyai tubuh bagus dan wajah elok.

Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan
rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya,
padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi
kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.

Timbang punya timbang dan fikir punya fikir akhirnya
diputuskan oleh Nabi Luth bahwa ia akan menerima mereka
sebagai tamu di rumahnya apa pun yang akan terjadi sebagai
akibat keputusannya, ia pasrahkan kepada Allah yang akan
melindunginya.

Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang
menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama
ke rumah pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan
manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.

Nabi Luth berusaha dan berpesan kepada isterinya dan kedua
puterinya agar merahsiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai
terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi
Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk
Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan
terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu
terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan
memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar
homoseks.

Terjadilah apa yang dikhuatirkan oleh Nabi Luth. Begitu
tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja
di rumah Luth, berdatanglah mereka ke rumahnya untuk melihat
para tamunya dan memuaskan nafsunya.

Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar
mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan mengganggu
tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati
dan dimuliakan.

Mereka diberi nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang
keji itu yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kudrat
alam di mana Tuhan telah menciptkan manusia berpasangan antara
lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan
perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang termulia
di atas bumi.

Nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri
mereka dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang
tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab dan seksaan Allah.

Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan
dipedulikan, mereka bahkan mendesak akan menolak pintu
rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka
dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya
untuk menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang
akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi
Luth secara terus terang kepada para tamunya,

" Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu
menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan
fizikal yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula
mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka
yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat
kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan
gangguan terhadap tamu-tamuku, dirumahku sendiri."

Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya. Para tamu
segera mengenalkan diri kepadanya dan memberitahu identitinya,
bahawa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai
manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang
ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan seksa
atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan
masyarakatnya dari segala kemungkaran dan maksiat yang keji
dan kotor.

Kepada Nabi Luth, para malaikat itu menyarankan agar pintu
rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi
orang-orang yang haus homoseks itu masuk. Namun malangnya
apabila pintu dibuka dan para penyerbu menindakkan kaki untuk
masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat
melihat sesuatu. Mereka mengusap-usap mata, tetapi ternyata
sudah menjadi buta.

Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan
kacau bilau berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak
menanya-nanya gerangan apa yang menjadikan mereka buta dengan
mendadak. Para malaikat berseru kepada Nabi Luth agar
meninggalkan segera perkampungan itu bersama keluarganya,
karena masanya telah tiba bagi azab Allah yang akan
ditimpakan.

Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar
perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari mereka menoleh
ke belakang.

Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama
keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya
berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan
mahupun kekiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang
menjadi tamunya.

Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi
Nabi Luth tidak tergamak meninggalkan kaumnya. Ia berada
dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak
secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh
ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas
kaumnya,

Seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang
telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth
berserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu
fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah
kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang
munafiq itu.

Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang kuat dan hebat
disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang
menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua
penghuninya. Demikianlah mukjizat dan ayat Allah yang
diturunkan untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-
hambaNya yang mendatang.

*** Nabi Luth Berserta Pengikutnya Selamat.

Sebelum negeri Nabi Luth dilanda kemusnahan, para malaikat
tiba di Sadum dan menyamar sebagai seorang lelaki remaja yang
berwajah tampan, memiliki susuk tubuh yang menarik. Dalam
perjalanan memasuki kota, mereka bertemu dengan seorang gadis
ayu, sedang menadah air dari sebuah perigi. Para malikat yang
menyamar sebagai lelaki remaja itu bertanya kepada gadis
tersebut dengan harapan menerimanya sebagai tamu di rumah
kediaman gadis tersebut. Si gadis tidak berani memberi
keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan ahli
keluarganya. Gadis tersebut meninggalkan para lelaki remaja
itu seraya segera pulang ke rumah untuk dikhabarkan kepada
ayahnya.

Ayah gadis tersebut ialah Nabi Luth. Beliau bingung mendengar
laporan puterinya sambil memikirkan jawapan yang ia harus
berikan kepada para tetamu yang ingin menumpang di rumahnya.
Budi luhur dan sifat ramah mesra serta mencintai tetamu yang
ada padanya, mendesak ia agar tidak menolak kedatangan musafir
yang meniti jarak perjalanan jauh untuk tinggal di rumahnya
beberapa ketika. Namun tindakannya menerima para tetamu remaja
yang berparas tampan dan kacak, mengundang risiko iaitu
gangguan daripada kaumnya yang tergila-gila akan remaja
bertubuh menarik lagi tampan. Dirumahnya terdapat pula isteri
dan dua puterinya yang cantik dan ayu.

* Kisah Nabi Luth Di Dalam Al Quran. *

Kisah Nabi Luth dalam Al Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12
surah diantaranya surah " Al Anbiyaa" ayat 74 dan 75, surah
" Asy Syu'ara" ayat 160 sehingga ayat 175, surah " Hud" ayat
77 sehingga ayat 83, surah " Al Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan
surah " At Tahrim" ayat 10 yang mengisahkan isteri Nabi Luth
yang mengkhianati suaminya.
posted from Bloggeroid

Riwayat Nabi Ibrahim (006)...^^..

Riwayat Nabi Ibrahim (006)...^^..

Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar. Ia dilahirkan di sebuah
tempat bernama " Faddam A'ram" dalam kerajaan " Babylon" yang
pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama " Namrud
bin Kan'aan."

Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur
rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup
sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi
keperluan pertumbuhan jasmani mereka.

Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada
di tingkat jahiliyah. Mereka tidak mengenal Tuhan Pencipta
mereka yang telah mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan
dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-
patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat
dari lumpur dan tanah.

Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk
pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua
kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan
undang-undang yang tidak dapat dilanggar atau di tawar.

Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya dan kemewahan
hidup yang berlebuh-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan
menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia
merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan.

Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-
patung yang terbina dari batu yang tidak dapat memberi manfaat
dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dialah
yang disembah sebagai tuhan.

Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar, dapat berfikir,
dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan
melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat
mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina
di angkatnya menjadi orang mulia. Di samping itu semuanya, ia
adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan
luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan
dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja
sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul
dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada
kaumnya,

Jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta
kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk
ayahnya sendiri adalah perbuatan yang sesat yang menandakan
kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya
kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus
dibanteras dan diperangi agar mereka kembali kepada
persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling
kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan
tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya, ia tidak
bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara
mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calon
pembeli dengan kata-kata,

" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna
ini ?"

* Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah
Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah.
*

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi
syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat
kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan
keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari
keragu-raguan yang mungkin sesekali mengganggu fikirannya
dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya
bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah
mati.

Berserulah ia kepada Allah, " Ya Tuhanku ! Tunjukkanlah
kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang
sudah mati." Allah menjawab seruannya dengan berfirman,
" Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaanKu ? "

Nabi Ibrahim menjawab, " Betul, wahai Tuhanku, aku telah
beriman dan percaya kepadaMu dan kepada kekuasaanMu, namun aku
ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar
aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar
makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepadaMu dan kepada
kekuasaanMu."

Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu
diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah
memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu,
memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan,
kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-
baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat
bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.

Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu,
diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang
sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap
bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasaNya datanglah berterbangan empat
ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala
begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya
lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu
di depannya,

Di lihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang
Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhlukNya yang sudah
mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak
ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh
Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan
kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya,

Bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun
di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau
menentangnya dan hanya kata " Kun" yang difirmankan OlehNya
maka terjadilah akan apa yang dikehendaki " Fayakun".

* Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya. *

Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya
yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bahkan ia adalah
pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri
dan daripadanya orang membeli patung-patung yang dijadikan
persembahan.

Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia
lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan
ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa
kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu
adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.

Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya
memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang
sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha
Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh
seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang
halus. Ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia
diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia
telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak
dimiliki oleh ayahnya.

Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah
yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain
kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak
berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi
penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah.

Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada
berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang
memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan
ke bumi lagi.

Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan
nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan
kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan
semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan
kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya
kepada manusia.

Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar
kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yang ditanggapinya
sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah
berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan
mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut
kepercayaan dan agama yang ia bawa.

Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi
dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun
seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. Ia berkata
kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar,

" Hai Ibrahim ! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan
persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan
kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya ? Janganlah
engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.

Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama
ayahmu, tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-
burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku
ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu di dalam suatu rumah
di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku
menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan
kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak
terhadap ayah serayz berkata,

" Oh ayahku ! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan
ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan
persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak
menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu."

Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam
keadaan sedih dan prihatin karena tidak berhasil mengangkatkan
ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

* Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala. *

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang
tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera
yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang
benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia
sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana
pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapat
hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah
keinginan dan usahanya.

Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar
dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya
dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi
penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-
persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang
bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan RasulNya.

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan
mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang
kepercayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia bawa.

Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak berdaya menolak dan
menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh
Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan
kepercayaan mereka.

Maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan
iaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa
dan nenek moyang mereka dilakukan dan sesekali mereka tidak
akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka
warisi.

Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi
berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu
dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata
yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-
satunya alasan bahwa mereka tidak akan menyimpang dari cara
persembahan nenek moyang mereka,

Walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa
mereka dan bapa-bapa mereka keliru dan tersesat mengikuti
jejak syaitan dan iblis.

Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada
kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat
dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan
patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan
bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan
Babylon bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai
pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat.

Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang
terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman
yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil
meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru
dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan
turut beramai-ramai menghormati hari-hari suci itu.

Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak
berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah
apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang
dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka
bila ia turut serta.

" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi
Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya,
sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang
berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin
kencang.

Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat
peribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga,
tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat
diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada
semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki
patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek,

" Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disajikan
bagi kamu ini ? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."
Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan
dihancurkannya, berpotong-potong dengan kapak yang berada
di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak
diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim
itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari
berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung,
tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-
potongan terserak-serak di atas lantai.

Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan
takjub, " Gerangan siapakah yang telah berani melakukan
perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan
persembahan mereka ini ?" Berkata salah seorang diantara
mereka,

" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan
mengejek persembahan kami yang bernama, Ibrahim itulah yang
melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain
menambah keterangan dengan berkata,

" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-
satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada
di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya
selidik, akhirnya terdapat kepastian yyang tidak diragukan
lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-
patung itu.

Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap
suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dapat diampuni
terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah,
jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang
menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu
pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat
turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar
pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga
masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara
demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang
kepercayaan mereka yang bathil dan sesat itu,

Seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia
bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh
diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia
ajarkan dan dakwahkan.

Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala
pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang
disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan
mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan
kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah
berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan
persembahan mereka.

Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim, " Apakah engkau yang
melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami ?"
Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab,

" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang
melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu
siapakah yang menghancurkannya." Para hakim penanya terdiam
sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan
berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan
itu.

Kemudian berkata si hakim, " Engkaukan tahu bahwa patung-
patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau
minta kami bertanya kepadanya ?"

Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka
sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau
berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka, yang
mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat
itu adalah warisan nenek-moyang.

Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu, " Jika demikian
halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak
dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar,
tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan
tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan ?

Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu
itu ! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat
bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya
difahami oleh syaitan.

Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu,
menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas
bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya
kamu dengan persembahan kamu itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, para
hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar
hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan
menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim
kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu,

" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar
setia kepadanya."

* Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup. *

Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus
dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar,
sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara
pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang
diaturkan.

Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan
pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk
secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu
bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-
tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi
Ibrahim.

Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota
membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada
tuhan mereka. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan
orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan
harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan
menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil
di kala ia bersalin.

Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk
upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah
bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan
pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim.

Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat
yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh
panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu.

Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didatangkan
dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia
ke dalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan
firman Allah,

" Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi
Ibrahim."

Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan
ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap
menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan
keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba
pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-
orang kafir musuh Allah.

Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada
dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai
dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan
rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus,
sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap
utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api,

Hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah
kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan
penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-
hamba Allah yang tersesat itu.

Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala
melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam
dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan
pakaiannya yang tetap berada seperti biasa, tidak ada tanda-
tanda sentuhan api sedikit jua pun.

Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan
seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu
sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal
menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata
mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.

Ada sebahagian daripada mereka yang dalam hati kecilnya mulai
meragui kebenaran agama mereka namun tidak berani melahirkan
rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka
dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, karena
hukuman yang mereka jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan
kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-
minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa
malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim
sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah
menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk
terhadap persembahan dan patung-patung mereka dan membuka mata
hati banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan
Nabi Ibrahim dan dakwahnya,

Bahkan tidak kurang daripada mereka yang ingin menyatakan
imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat
kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas
dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan
menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah
beralih ke pihak Nabi Ibrahim.

posted from Bloggeroid